Jumat, 27 Februari 2009

- एडिट * Pembuatan Bio Etanol Rumah तंग्गा*

Seiringdengan menipisnya cadangan energi BBM, jagung menjadi alternatif yang penting sebagai bahan baku pembuatan ethanol (bahan pencampur BBM). Karenanya, kebutuhan terhadap komoditas ini pada masa mendatang diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan.Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme

* Gasohol ? campuran bioetanol kering/absolut terdena-turasi dan bensin pada kadar alkohol s/d sekitar 22 %-volume.
* Istilah bioetanol identik dengan bahan bakar murni. BEX ? gasohol berkadar bioetanol X %-volume.

Bahan Baku

* Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren, nira siwalan, sari-buah mete
* Bahan berpati: a.l. tepung-tepung sorgum biji (jagung cantel), sagu, singkong/gaplek, ubi jalar, ganyong, garut, umbi dahlia.
* Bahan berselulosa (? lignoselulosa):kayu, jerami, batang pisang, bagas, dll. Sekarang belum ekonomis, teknologi proses yang efektif diperkirakan akan komersial pada dekade ini !

Pemanfaatan Bioetanol

* Sebagai bahan bakar substitusi BBM pada motor berbahan bakar bensin; digunakan dalam bentuk neat 100% (B100) atau diblending dengan premium (EXX)
* Gasohol s/d E10 bisa digunakan langsung pada mobil bensin biasa (tanpa mengharuskan mesin dimodifikasi).

Teknologi Pengolahan Bioetanol

Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase.
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.

1. Persiapan Bahan Baku

Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:

* Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula
* Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik
* Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:

* Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
* Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
* Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
* Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:

* Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
* Pengaturan pH optimum enzim
* Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
* Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)

2. Fermentasi

Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.

Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.

Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.

Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.

3. Pemurnian / Distilasi

Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol). Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.

Peralatan Proses

Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:

* Peralatan penggilingan
* Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi
* External Heat Exchanger
* Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)
* Tangki Penampung Bubur
* Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor
* Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol
* Boiler, termasuk system feed water dan softener
* Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting

http://indonesiaenergywatch.com/info-info/bagaimana-cara-membuat-bioetanol.html

Senin, 23 Februari 2009

Apa Perlu?

“Sulit menerima, tapi mengelak dengan kerusakan-kerusakan lanjutan”.

Buku yang dirangkum oleh Oliver Leamen; Pemerintahan Akhir Zaman yang berkisah tentang ancaman globalisasi dalam Mahdi, Materialisme dan Akhir Zaman, dan kemunculan karakter dajjal, patut dicermati. Global Transparancy Watch dalam skema frame code (FC) menjadi mata rantai utama arus kode kehidupan manusia, yang dikendalikan dengan putaran arus energi disekelilingnya, seperti energi diseputar Kab’bah. Yang bedanya diabad transparansi, karakter dajjal dan malaikat seperti koin logam-, yang hanya dibalikkan maka muncul salah satu perwakilan simbol kehidupan dengan perwujudan energi Civilization Identity. Identitas peradaban tersebut sangat jelas diperlihatkan pada tokoh manusia super pada karakter Superman, sebagai wujud wajah asli sebenarnya. Dan karakter-karakter kehidupan seperti yang ditulis De Martino dalam rangkuman Oliver Leamen, bahwa abad apocalypticsim akan ditandai dengan konsumsi otak-otak yang berkiblat pada pop art (nilai karya kehidupan yang serba instan), beatniks (remaja di AS yang tingkah lakunya bertentangan dengan tradisi mulia), free- musicals (berbagai jenis haluan musik, yang mengutamakan kebebasan ekspresi; seperti Cangcuters, Slank, Trio Macan), Jesus Revolution, Sex Revolution (pesta berganti-ganti pasangan, pelatihan senam yoga dalam tarian erotis telanjang, dslb…). Disana, kemunduran moralitas akan mengakhiri jaman sebagai bentuk frustasi global karena akumulasi kejahatan yang tak sanggup lagi diatasi.

Bentuk indoktrinasi yang paling kental; adalah pemurtadan manusia yang kemudian mengambil jalur fanatism of religy (FG), dimana segala gerak lelaku dan kehidupan tidak lagi berpatokan pada doktrinasi sendi kehidupan beragama, namun berpangku pada nilai seni peradaban manusia universal dengan melakukan lelaku penyembahan perbuatan manusia pada penciptanya. Sila ketuhanan YME, diperuntukkan pada wujud keberadaan eksistensi kehidupan, sedangkan kemanusiaan yang adil dan beradab diposisikan dengan kehidupan pacifis- utopia, bagaimana seharusnya manusia hidup dan berbuat pada kehidupan sesamanya. Bukan sebaliknya, mencegah sila-sila tersebut dapat berbalik dengan melakukan gerakan Fanatis Beragama atau FG, sebagaimana mengupayakan skenario jaman akan berakhir dengan indah, bukan dengan malapetaka. Bahwa Islam adalah pondasi kehidupan agama terakhir penyelamat peradaban,- dengan ajaran-ajaran Muhammad SAW kepada khalifah dan umatnya pada sang Khalik. Seperti yang nampak gerakan Hizbut Tahrir, sosok perempuan-perempuan dijaman Khalifah Jazirah Arab,- yang hidup diabad digital transparence, gambaran Aisyah modern yang menolak belenggu pasung yang kini dikenal dengan gender role. Kuatnya nurani seorang remaja putri yang masih berusia 13 tahun yang menolak kawin paksa di Mesir. Bentuk-bentuk perlawanan jaman sebagai bentuk eksploitasi pada perempuan, dengan buruknya manajemen lelaku lelaki mengolah kehidupan rumah tangganya. Menuju pada perombakan revolusi Islam di Iran, dengan gerakan terpecahnya menjadi dua mazhab S-unni dan Sy-i’ah, semisal dengan perempuan-perempuan di Afghanistan yang lebih modern dapat sekolah dengan menggunakan jilbab dan di Inggris, tanpa pelarangan terkecuali,-. Di Afghanistan 1450 warga sipil mengalami siksaan sejak tahun 2004-2008.

Wacana I-mam M-ahdi, yang dibahas dalam kumpulan naskah O-liver Leamen menuju pada pemahaman tentang Isa al-Masih, anak tuhan yang menitis lewat Siti Maryam yang akan bangkit dan turun dimasa akhir jaman. I-mam dalam bentuk pemimpin ghoib berada dalam alam barzah, telah lahir untuk membimbing jiwa kematian menuju gerbang akherat melalui jembatan Sidratul Muntaha, sedangkan M-ahdi ditafsirkan sebagai umat Muhammad Islam, yang telah dipertunjukkan dalam perjalanan Isra’ Miraj. Anak putra Tuhan sendiri lahir di alam barzah, hingga pada saatnya nanti akan mengidentifikasi satu per-satu umat manusia melalui mekanisme finger print atau sidik jari, setelah dikumpulkan di Padang Makhsyar. Dimana tubuh manusia akan seperti sedia kala diwaktu muda baik yang masih bayi ataupun yang telah renta dalam bentuk jiwa,- hingga Sampai pada pengadilan akhir akan diputar rekaman gelombang otak manusia, untuk mengetahui semua amal perbuatan dan dosa masing-masing (baca: Ternyata Akherat Tidak Kekal; Agus Mustofa, hal 202-256). Proses alam akherat sama seperti gambaran dimuka bumi dengan fenomena Ponari Dukun Cilik Jombang, berjalan antre satu- persatu menuju persidangan akhir diantara ratusan milyar manusia. Namun, kenyataannya didunia keberadaan Ponari masih minim.

Mengulas pemerintahan akhir jaman yang belum berakhir periodenya;- seperti memutar kembali kenangan-kenangan kehidupan masa lampau, agar menyegerakan kehidupan berlomba berbuat baik, yang diwaktu dulunya belum atau masih kurang, hingga tergeraklah gerakan cahaya atau nurani. Banyak dipersilahkan kekejaman hidup ditayangkan kembali; untuk mengisi dunia yang ‘kan tergantikan kelak, sebagai bongkaran dark age mengakhiri frustasi global. H-illary Clinton mengilhami istri presiden AS, yang dulu menjabat sebagai ketua komite-HRW, dengan menandatangani kesepakatan di Kuil Yasukuni sebagai simbol pemindahan kejahatan era perang dunia. Dibangunnya beberapa masjid di Jerman, sebagai sarana pemulihan kamp pembantaian bangsa Yahudi di Eropa tahun 1943-, silam. Penarikan mundur pasukan Amerika Serikat dari Irak dengan lokasi Kuwait-Bagdad, sebagai lahan kandungan tambang emas bangsa Syria, dikuatkan dengan hari berkabung di makam cucu nabi Muhammad SAW dan pembangunan kembali pusat kota Baghdad dengan ratusan ribu koleksi peninggalan hancur dan dijarah. Tak hanya manuskrip yang dijarah, pasukan Amerika dan Inggris juga ikut mencuri benda-benda bersejarah di museum nasional Iraq, serta membakar beberapa perpustakaan yang berisi manuskrip. Para saksi mata yang enggan disebut namanya (karena alasan keamanan) mengatakan, pasukan Amerika dan Inggris dengan membawa beberapa tank, mendatangi musium nasional Iraq. Mereka menjarah benda-benda bersejarah. Setelah itu, para penjarah dari luar ikut beraksi disaksikan tentara Amerika dan Inggris. Akibatnya, sekitar 17 ribu benda berharga yang menjadi saksi sejarah dan peradaban Iraq raib dari museum itu. Begitu juga nasib perputakaan per-waqafan Baghdad yang memiliki menuskrip langka, juga musnah.

Seakan kurang sempurna bagi Amerika, jika kekayaan intelektual umat Islam di Iraq belum musnah total. Di samping terjadi penjarahan terhadap Museum Nasional, Al Jazeera (17/3/2004) menyebutkan, bahwa Dar al Kutub wa al Watsaiq, perpustakaan yang juga penuh dengan manuskrip ikut menjadi sasaran penghancuran dan penjarahan. Di tempat yang sudah hancur itu, dulu tersimpan dokumen sejarah Iraq sejak masa ‘Utsmani, penjajahan Inggris, karajaan, hingga Iraq menjadi negara republik. Total, jumlah dokumen bersejarah yang tersimpan di tempat itu sekitar 17 juta. Koichiro Matsura, kepala UNESCO sendiri, pernah mencoba menghentikan aktivitas pemusnahan manuskrip dan dokumen sejarah di Iraq. Ia mengirim surat kepada pemerintah Inggris dan Amerika pada tahun 2003, agar pasukan mereka ikut andil dalam menjaga kekayaan intelektual di Iraq. Ia juga meminta kepada Interpol agar mencegah penyelundupan benda-benda bersejarah dan manuskrip Iraq. Akan tetapi, sebagaimana yang terjadi, usaha itu tidak memberi efek sama sekali. (sumbangan ilmu pengetahuan oleh peradaban islam - Hal 29 - Forum KG - Cozy Place To Talk.htm).

“Strategic Alliance,- gerakan plan action yang dilakukan Ibu-ibu Jogyakarta, yang menyatakan bahwa 12.000 KK warga jogjakarta sanggup mengelola sampah secara mandiri, dan mencanangkan tanggal 21 Februari sebagai hari Peduli Sampah, untuk memperingati +151 orang meninggal di TPA Leuwigajah Cimahi. Sebagai bentuk kritik membangun terhadap Pengelolaan limbah sampah yang sangat tidak manusiawi; terhadap pembuangan sampah per- hari yang dapat menghasilkan 6 juta ton di jakarta, dan tahun 2007 volume timbunan di 194 kabupaten/kota di Indonesia mencapai 665.765.468,80 meter kubik atau setara dengan 442.350.127,20 ton (JP/Nusantara 21/02/09) dan pengelolaan yang masih terbelengkalai karena kurang professional, hanya “mereka” yang mengambil manfaat yang dapat menjadikannya kebutuhan ekonomi, selebihnya banyak masyarakat dirugikan. Banyak yang mensalah-artikan tentang “keberadaan sampah”, namun jika pengelolaan dilakukan dengan baik dimulai dari lingkup rumah tangga, betapa mudah dan bermanfaatnya arti sampah yang recycle ke masyarakat. Mereka akan menjadi pupuk organic, membantu petani melipat gandakan hasil sawah/ladang jika pemilahan dilakukan secara dini atau mengurangi kadar kandungan zat berbahaya dengan memisahkannya menjadi tiga jenis unsur sampah- besi/logam, plastik (mencapai 5.936.051 ton), dan kertas atau padat/cair berbahaya, seperti Batam sebagai daerah transit terbesar menuju kawasan industri di Indonesia, namun diketahui sebagai pembuangan limbah sampah nuklir berbahaya. Siapa sebenarnya yang dikategorikan sebagai sampah, pengelolanya-kah?

Tata kelola dunia, seperti yang ditulis S.Huntington,- dengan dialog peradaban barat dan timur, sangat urgensi dibutuhkan sekarang dan kedepan. Pemerintahan akhir jaman ditandai dengan “Unity”, satu atap langit ruang kehidupan, namun terdifferensiasi ke berbagai scub kehidupan dimasing-masing local villages. Pusaran energi materi tersediakan dengan adanya energi alternatif, dapat menjadikan habisnya energi immaterial dengan lebih elegan, hingga “kiamat berakhir dengan indah” dengan adanya pemunculan dewi. Negara yang belum berkembang dalam kategori Highly Indebted Poor Countries didraf MDGs, masih diatas 1,5 milyar jiwa, 62 negara membutuhkan penghapusan utang atau setidaknya minimal skema penghapusan pembayaran bunga hutang dan pengurangan cicilan, tetapi tidak mendapatkannya. Industri perdagangan dan jasa membutuhkan stimulus dalam bentuk “stabilitas keamanan ekonomi” untuk mendorong hasil pertumbuhan barang/jasa, namun belum efektif. MNCs begitu mudah meng-’judge” kesehatan perusahaan, hingga membebankan angka kemiskinan dengan merumahkan karyawan tanpa melakukan koreksi langkah optimal dan efisiensi keuangan perusahaan. Sehingga, industri hilir yang menjadi mata rantai paling mikro, akhirnya tak mampu berproduksi karena tidak adanya order, dan menyebabkan UMKM menunggak kredit sebesar 1,8 miliar di jawa timur (2006, Kompas). - sebagai acuan ditemukan korupsi pelatihan di Depnakertrans yang merugikan negara sebesar 13 miliar, di 19 lokasi balai latihan kerja, tujuh diantaranya berada di pusat, dan 12 berada di daerah (03/08).

Kesehatan dari data hasil analisa negara-negara anggota WHO menyebutkan sekitar 234,2 juta tindakan operasi besar dilakukan di seluruh dunia selama 2004 lalu. Negara-negara miskin tercatat menghabiskan biaya kesehatan sekitar 100 dolar AS per- kepala keluarga dan diperkirakan menjalani tindakan operasi rata-rata 295 kali per -tahun untuk 100.000 orang. Sementara, di negara-negara kaya, di mana biaya kesehatannya mencapai 1.000 dolar AS per- kapita, rata-rata prosedur operasi mencapai 11.110 kali per 100.000 orang, atau 37 kali lebih tinggi. Jika, WHO membutuhkan banyak biaya untuk mengobati pasien miskin, maka donor uang lewat Red Cross Money sangat berperan. 5000 atau 1 dolar saja sebulan dapat membantu mengoperasi dan mengurangi biaya obat- 1 orang pasien secara simultan, dengan hanya mengurangi biaya percakapan telepon/sms.

Sementara tingkat kesehatan Indonesia, sebagai gambaran sample penanganan adalah dengan menurunnya kualitas pelayanan kesehatan yang dibarengi dengan semakin mahalnya biaya berobat walau hanya ke puskesmas/mantri, yang diperuntukkan hanya obsesi mendirikan rumah sakit terbesar se-asia tenggara di jawa barat. Ironi, masyarakat miskin berduyun-duyun ke Ponari, namun fasilitas negara sendiri tak mampu menangani. Memang lagu, “orang miskin dilarang berobat, atau "orang miskin dilarang sekolah” sudah sangat sesuai diterapkan diIndonesia, hanya untuk obesesi pembangunan infrastruktur gedung, tapi mengorbankan kesejahteraan massa.

Lalu, bagaimana pewujudan “the wealth peoples before ended”,- adalah tidak melanggar konsepsi skema jaring kehidupan. Seperti yang ditulisnya sendiri dalam Lauhul Mahfudz, hal 103: “bahwa Muhammad Saw pernah bersabda : bumi akan dipenuhi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya didominasi oleh ketidak-adilan, dalam naungan pemerintahannya setiap jiwa akan merasa bahagia dibumi dan dilangit; bahkan burung-burung dan ikan akan merasa bahagia pada masa itu (masa Imam Mahdi). Abu Sa’id Khudri telah meriwayatkan sebuah hadist dari Rasullah Saw yang menyatakan, bumi akan dipenuhi dengan ketidak-adilan dan kerusakan. Pada waktu itulah, seorang lelaki dari keturunanku akan tampil dan akan memerintah selama tujuh atau sembilan tahun dan akan memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan hak, (Michael Saward, “A Critique of Held” dalam Global Democracy, Holden (ed) hal 35-36). Dan proses kehidupan yang dimaksud sama dengan transisi pemerintahan 10 tahun reformasi Indonesia, dengan berakhirnya Orde baru dan mundurnya presiden Soeharto.

siapapun mau berteman, jika akhirnya mendapat warisan
menGugat komitmen “world ocean meeting conference”-
terhadap Global Climate Change
ttg Identifikasi kerusakan habitat alam
dan fauna ekosistem laut.
turut berduka A-tas korban kesia-siaan hidup


lisan dengan tulisan, itu sama saja
repot2x menemui secara terselubung ntu berdialog
JP- Metropolis 18/Okt/08

Jumat, 13 Februari 2009

Pemindahan sel Kejahatan

Pemindahan Sel Kejahatan
By Fitria Anggarwati -Pengamat nasionalis


“Kode kehidupan” menuju Piala Dunia 2018 dan 2022 hanya untuk alasan klasik- transparansi global terhadap buruknya arsitek kehidupan. Dari Tangan spekulan GS-, bermodal US. 5 milyar dolar melakukan transaksi valas dengan kurs 100-200 poin diatas nilai yang ditawarkan money changer. Dan saat itu ia bisa membeli US. 350 dollar dan dijual dengan harga 900 poin diatas pembelian dengan untung 10%. Dan karena konglomerat tidak mau melepas dollar mereka akhirnya asia tenggara menderita krisis moneter, akibat ulah spekulan valas. Negara-negara ASEAN terjungkal, kecuali Myanmar dan Vietnam.

Keseluruhan sektor jantung fundamental ambruk, sektor perbankan dari semua arah arus kegiatan ekonomi baik asset dikelola negara dan swasta mati suri, operasional anjlok sekitar 177 sektor usaha BUMN asset kepemilikan dijual agar bisa siuman. Perbankan benar-benar tidak dapat beroperasi dan bahkan merugi hingga trilyunan rupiah. BCA untuk kategori bank mapan nasional merugi 1,103.8 trilyun dan 51% saham dijual dengan melakukan due diligence kepada investor strategis. Bidang asset manajemen kredit untuk jadwal pembayaran tahun 2002 saja total menunggak sebesar 126,86 trilyun untuk semua asset (corporate core asset sale, corporate un-restructured loan sale, commercial un-restructed loan, SME, CDO sumber BPPN). Enam belas bank swasta nasional ditutup. BPPN menyehatkan BII atas penyelesaian tagihan antar-bank senilai 1,2 trilyun rupiah, lima bank dimerger, Grup Sinar Mas menjual dana sebesar 8,596 trilyun, skandal Bank Bali yang diulas lengkap dalam buku Prolog Prajoto SH, MA, asset total management kredit sebesar 474,801 milyar rupiah dan $. 418,16 juta dollar dari total recovery kreditor. (Sumber data dari Indra Bastian, Phd, MBA, Akt: Privatisasi di Indonesia Teori dan Implementasi)

Belum lagi terpidana kasus BLBI, Hendrawan Haryono, David Nusa Widjaya, Hendra Rahardja, Eko Adi Putranto, Sherni Konjongian dan koruptor yang tidak jelas keberadaannya di LN, masih mengantongi jaminan kurang lebih dari 120,379 trilyun (2002). Ditambah bidang industri kertas, percetakan dan penopang pengetahuan merugi hingga -28,1% (1997)- 13,5% (1998), -34,5% (1999) dan yang teramat parah bahan baku industri kertas merugi hingga -98,7% tahun 2001. Bidang konstruksi merugi hingga -33,5% dengan bahan baku industri bangunan. Bidang perjawatan di sektor laut merugi -27,4%; asuransi merugi -15,9 %; hingga sub total kerugian bidang usaha -1.036,7% tahun 1998. Dengan hitungan hutang jangka panjang meningkat sebesar 74,7% dari 173,7 trilyun (1997) menjadi 303,4 trilyun (1998).

Kondisi jerat hutang ditambah lagi pengelolaan buruk (bad management) dari analisa World Bank, 1997 menyimpulkan bahwa kebanyakan BUMN menyedot anggaran pemerintah yang sebenarnya bisa dialokasikan untuk ke program social. Kebanyakan BUMN mengambil kredit untuk investasi yang tidak tepat. Kebanyakan BUMN lebih polutif daripada industri swasta. Dan kebanyakan perbaikan BUMN hanya menghasilkan manfaat dalam mengurangi deficit fiscal.

Sementara dari sektor swasta nilai impor menurun selama periode Januari-September 1998 sebesar $.11,63 milyar atau -36,58% dibandingkan sebelum krisis. Dengan total importnya sebesar $. 20,16 milyar dari negara-negara APEC- $.13,86 milyar, EU $.4,33 milyar dan Timur Tengah sebesar $. 73 juta dolar. Padahal sumbangsih perolehan negara dari pendapatan PPh dari sektor BUMN tahun 1995/96 senilai 2,020 trilyun, dan menurun disaat krisis dengan adanya penjualan asset dan kolapsnya ekonomi laba turun dari 12,699 trilyun (1996) menjadi 11,829 trilyun (1997) dan PPh sekitar 1,182,9 trilyun rupiah. Dari penerimaan sektor minyak dan gas APBN 98/99 sebesar 15,120.3 trilyun rupiah dan hasil bumi sebesar 7,935.4 trilyun rupiah,
  • sementara pendapatan sewa mencapai 8.207,6 trilyun

  • Dan sumber daya alam tidak mampu mengcover hutang dan krisis moneter.

    Ekonomi internasional memburuk saat bom WTO 11/01 meledak, menyisahkan kemandegan- pilu dan kacaunya system tatanan perdagangan global. Aksi terorisme menjadi isu utama yang harus diberantas, khususnya pada Osama bin Laden, yang dituding sebagai pelaku yang berada di Taliban- Afghanistan. Sementara sebagai ganti rugi, disahkannya UU. Migas dan Pertambangan oleh DPR -Indonesia tahun 2001, hingga kemudian Blok Cepu dioperasikan pada operator Exxon, dan Condolezza Rice sendiri hadir saat penanda-tanganan kontrak kerjasama tahun 2005. Dan invasi pemerintahan G.W. Bush ke Irak untuk mencari ladang minyak tahun 2003 dengan menggempur pemerintahan Saddam Husein.

    Hingga, 26 desember 2004 bencana tsunami melanda bumi tanah aceh. Lebih dari 210 ribu orang meninggal, merugikan lebih dari 143 trilyun, 1,3 juta rumah dan bangunan rusak, sektor infrastruktur, sarana transportasi, komunikasi, energi, air dan sanitasi serta pengontrol banjir rusak parah. Lebih dari 350 ribu orang mengungsi. 8 pelabuhan dan 4 tempat penampungan bahan bakar, 85% system air, 92% sanitasi rusak, lebih dari 120 km dan jembatan rusak. Menurut kamus bahasa tsunami berasal dari bahasa Jepang yang diucapkan soo-nah-mee, namun tidak jelas arti harfiahnya (Duka Aceh, Tsunami dan Solidaritas Dunia: M. Mufti Mubarok, Feb, 2005).

    Kemudian dikeluarkannya kebijakan membagi BLT dari alokasi subsidi minyak tahun 2005, bersamaan dengan tsunami Amerika akhir Agustus 2005, Taufan Katrina melanda New Orleans, Mississippi dan A labama, dengan 1.213 orang meninggal dunia dan kerugian ditaksir mencapai 75 milyar dollar. Belum usai, 28 Mei 2006, sekitar pukul 22.00 WIB terjadi kebocoran gas hidrogen sulfida (H2S) di areal ladang eksplorasi gas Rig 01, lokasi Banjar Panji perusahaan PT. Lapindo Brantas di Desa Ronokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Kebocoran gas tersebut berupa semburan asap putih dari rekahan tanah, membumbung tinggi sekitar 10 meter. Semburan gas tersebut disertai keluarnya cairan lumpur dan meluber ke lahan warga. Dan esoknya 29 Mei 2006 terjadi gempa bumi Yogya, lebih dari 8000 orang meninggal dunia, daerah bantul, dan jogja selatan dan tengah rata dengan tanah, kecuali daerah pantai samas.

    Dan sepanjang tahun 2008, badai nargis (April 2008) menerpa Myanmar dan pengungsi R ohingya terdampar di Aceh (Pebruari 09), mereka berusaha mendapatkan hasil ekonomi yang tidak didapatkan dinegara asalnya, Myanmar merupakan negara yang masih dalam proses menuju pemerintahan demokrasi, lewat upaya tergabung di ASEAN, diharapkan Myanmar dapat mengganti bentuk rejim militerisme dengan membebaskan Aung San Syu Ki, yang sudah dirumahkan selama lebih dari 9 tahun. Tahun 2008, banyak sekali gejolak ekonomi, khususnya sektor energi, 10 tahun reformasi moneter ditandai dengan gempa Sinchuan, Cina yang menyebabkan 80.000 lebih orang meninggal. Bulai Juni dibagikan kembali BLT jilid II, dilatar belakangi kecelakaan pesawat Pan Pacific di Eropa dan tenggelamnya kapal diperairan asia selatan. BLT atas Myanmar dan pengaruh kenaikan harga minyak dunia. Berbagai perombakan ekonomi, politik dan sosial berpengaruh terhadap kestabilan struktur dan sistem global. Resesi global terjadi dikarenakan faktor euforia berlebihan terhadap sentimen kepercayaan sosial, serta akibat kredit tunggakan mortgate yang menyebabkan akhirnya Lehman Brothers bangkrut disaat 7 tahun tragedi WTO, dan merembet ke beberapa jaringan trans-nasional perdagangan bursa dan MNC, khususnya otomotif.

    Pasar ekonomi lesu, sementara bisnis hiburan sedang berkembang pesat. Maraknya pornografi dan pornoaksi, dan kemudian dituntutnya penyusunan UU. APP dengan penutupan situs-situs yang tidak senonoh diaspirasikan dari jamaah muslimin. Indonesia berada dalam masa bius narkoba foto-foto industri porno, sementara dari kalangan buruh-pengusaha menuntut penolakan terhadap SKB 4 menteri yang disinyalir tidak berpihak ke tenaga kerja dan pem-PHK-an pegawai yang dinilai sebagai tindakan tidak kompromis karena perusahaan sendiri tidak mampu bersaing ditengah lesunya ekonomi dan tidak mampu menyerap ekonomi pada industri hiburan, hingga mengambil jalan singkat merumahkan tenaga kerja disaat ekonomi sembelit.

    Aksi bom bunuh diri dan penyerangan diberbagai penjuru semisal: perebutan daerah di Thailand terhadap kuil suci umat Hindu, di India kota Assam dan Taj Mahal atas dibukanya hotel internasional di Dubai Arab, yang menyajikan suasana laut, dan penyerangan pasukan macan tamil di Srilangka, dan kelompok FARC di Philipina. Penghujung tahun, awal desember sebagai hari peringatan HAM masih marak dengan tindakan tidak humanis, di Kashmir, Pakistan, Afghanistan, banjir di Brasil efek Global Climate Change, dan wabah menular di Zimbabwe menduduki rating mortalitas tinggi. Hingga, kesadaran untuk berubah tahun 2009, masih diwarnai dengan tindakan agresi militer Israel terhadap penduduk Gaza Palestina, 1300 orang meninggal dalam waktu 22 hari masa sulit. Dan Obama dilantik sebagai presiden AS ke -44, diharapkan mampu memberi angin perdamaian di tanah Jazirah arab, dengan menyerahkan pada tim. Kemunduran Mendag, karena tidak sepaham dengan arah kerja dan kebijakan presiden Obama, untuk menstimulus ekonomi.

    Sementara kasus Aceh, di Tapanuli yang menghendaki pemekaran sebenarnya merupakan desakan grass root yang menuntut pengelolaan kesejahteraan atas peristiwa pelanggaran HAM Aceh sejak tahun 70-an, dan kemudian tergusur oleh bencana tsunami. Hadirnya tambang Exxon Mobil dan PT. Arun, kemudian munculnya industri petrokimia seperti pupuk PT. PIM, AAF, dan pabrik kertas PT. KKA lalu menyebabkan menjadi zona lingkungan tidak sehat, khususnya pembungkaman militer. (Lengkapnya baca Runtuhnya Sistem Manajemen Keuangan Daerah. hal 129). Kurangnya kepedulian terhadap perekonomian, dan upaya mengatasi keadaan ditengah era otonomi dan transparansi kekuasaan, kemudian lapisan grass root menghendaki kalau Tapanuli dapat mekar atau terpisah dari propinsi sumatera utara. Karena 4 tahun sudah Aceh dilanda tsunami, dan saatnya mereformasi struktur perekonomian agar berjalan baik, dengan pemerintahan yang tidak sentralis, namun terdesentral dan terkendali penuh atas penguasaan kesejahteraan rakyat dengan terbunuhnya ketua DPRD dalam aksi demon.s-krezy.

    Pengajuan KPK untuk memiliki gedung tersendiri akhirnya terwujud dan sah untuk melakukan investigasi terhadap para koruptor, dan kinerjanya harus ditingkatkan penuh, khususnya pengawasan terhadap frame code (fc) keadaan pada aktor-aktor intelektual. Sementara massa dalam lingkup besar, sama sekali belum mendapat perhatian penuh dengan pola kesenjangan informasi demikian, terutama di daerah rentan dan rawan ekonomi. Seharusnya, kesejahteraan lebih diutamakan dengan tindakan konkrit membangun daerahnya masing-masing. Jika Pimpinannya masih mempersoalkan status untuk menuju kursi kekuasaan, dan sibuk menggunakan cara-cara merebut suara, wallahu alam kiamat akan lebih cepat terjadi. (eksploitasi atlet menuju piala dunia)

    Sebuah fakta eksploitasi alam terhadap kasus pencemaran kali:
    Pada 29 januari 2009- hasil evaluasi patroli air BLH Jatim membuktikan bahwa PT. Titani Alam Semesta, PT. Surabaya Agung Kertas dan PT. Spindo menyalurkan limbah industri yang tidak memenuhi baku mutu ke kali Surabaya. Pada 13 November 2008, dua industri pencucian kain di desa Kedung Klintir dan desa Wonorejo, Jetis, Mojokerto terbukti mencemari kali Surabaya. Hal serupa juga dilakukan oleh PT. Surabaya Agung Kertas dan PT. Wings Surya. Pada 23 November 2007, sebanyak 14 perusahaan di Jatim diperiksa polisi terkait pembuangan limbah cair di kali Surabaya. Lima perusahaan berlokasi di kota Surabaya, 4 perusahaan dikota dan kabupaten Malang, 3 di kabupaten Gresik dan 2 di kab Mojokerto.

    Kali Surabaya melintasi 4 kabupaten/ kota yaitu Mojokerto, Sidoarjo, Gresik dan Surabaya. Akibatnya kali ini menanggung beban limbah industri dari sedikitnya 105 perusahaan. Seringkali perusahaan membuang limbah tanpa diolah terlebih dahulu. Selain industri, bantaran kali setidaknya dihuni oleh 21.930 penduduk yang berpotensi mencemari kali sehingga beban kali surabaya makin berat. Sekitar 30 persen limbah yang masuk ke kali Surabaya berasal dari industri, 60% dari limbah rumah tangga, sedangkan sisanya adalah limbah perkantoran dan peternakan. Saat ini pertumbuhan pembangunan industri di sepanjang bantaran kali surabaya +4,4% per-tahun. Adapun peningkatan jumlah penduduk mencapai 1,5% per-tahun. Diperkirakan tahun 2020 beban limbah industri di kali Surabaya meningkat dibanding limbah domestik. (Handining, Kompas, 31/01/09).

    Sistem sentralisasi pengurusan KTP Malang mendapat kritikan dari sekretaris komisi D bidang kesejahteraan rakyat, karena menyulitkan masyarakat. Banyak keluhan masuk yang menyatakan bahwa sebagian masyarakat didaerah pinggiran sangat kesulitan, selain biaya tinggi juga memunculkan calo. (sistem identitas pribadi menggunakan sidik jari, nantinya)

    That’s why the basket of garbage has yellow colour?—in order to convert seeing of the truth.Thanks Project Develop-:
    for those name whose not written.

    Senin, 09 Februari 2009

    Ganti Kerugian Alam

    PENGGUNAAN ENERGI BAHAN BAKAR MINYAK
    diketik ulang oleh nir-violence

    Mengulas di Amerika Utara pada awalnya pertumbuhan ekonomi memuncak, kemudian menyebar dengan cepat ke Eropa dan Jepang, dan ini memerlukan energi. Penggunaan langsung bahan bakar padat seperti batubara dan kayu, secara luas dihapus secara bertahap di hampir semua negara industri antara tahun 1950-1970 dan diganti oleh minyak, listrik dan gas alam. Dari Oslo ke Osaka, cahaya listrik dan pencakar langit yang di lengkapi AC menjadi pemandangan yang lumrah, sedang ketergantungan kendaraan bermotor, truk dan transportasi udara pada minyak juga terus naik. Pada awal dekade 70-an, jumlah energi yang ada digunakan seluruh dunia lebih dari tiga kali dibanding tahun 1950, sementara itu penggunaan minyak telah naik lebih lima kali lipat.1

    Tahun 1950, terbentuk “Seven Sisters” yang terdiri dari Esso ( sekarang Exxon ), British Petroleum, Shell, Standard Oil of California, Mobil, Texacodan Gulf yang memproduksi minyak di perdagangan internasional. Lalu tahun 1960, lima Negara eksportir terbesar, Iran, Iraq, Kuwait, Arab Saudi dan Venezuela bergabung bersama dan membentuk organisasi OPEC (1957) yang menyediakan supply minyak.2

    Boom energi sesudah perang tidak akan bertahan lama tanpa eksploitasi ladang ladang minyak dunia terbesar di timur tengah. Periode – periode awal pertumbuhan energi memerlukan relatif kecil perdagangan untuk bahan bakarnya, tetapi selama periode 50-an dan 60-an, negara –negara yang tidak memiliki minyak sendiri sedikit ragu tentang perubahan ekonomi berdasarkan minyak. Jepang, misalnya, membuat keputusan hati-hati, tidak mau terburu-buru menghapus secara bertahap produksi batu bara domestik, meski berbiaya tinggi pada dekade 60 -an, dan banyak negara berkembang mengganti produk minyak dengan bahan bakar tradisional kayu. Bahkan Amerika Serikat, yang membawa dunia ke dalam era minyak, melihat puncak produksinya pada tahun 1972 dan mulai merasa butuh untuk menimbun minyak Timur Tengah. Dengan demikian, ratusan tanker minyak menyebar dari Timur Tengah untuk mensuplai dunia dengan minyak. Minyak tidak hanya menjadi sumber energi yang dominan tetapi juga suatu katup pengaman yang mudah dan murah dapat menggantikan batubara di Jepang, kayu di India, dan sumber-sumbar energi lainnya di lain tempat.

    Beberapa orang baru menyadari pada awal 70-an bagaimana cepatnya pasaran minyak dunia diperketat. Dengan ekonomi yang tumbuh 4% pertahun, penggunaan minyak menjadi dua kali lipat setiap dekade. Kekuatan pasar negara negara Arab tumbuh dengan cepat, tetapi meskipun begitu akan mampukah bangsa- bangsa ini menopang pertumbuhan demikian selamanya. Pada waktu itu, beberapa analis mulai memperingatkan bahwa beberapa krisis mungkin siap menghadang di depan, walaupun mereka berpikir bahwa hal itu mungkin baru terjadi 5 – 10 tahun kemudian. Sebagaimana sering terjadi. Pada saat awan muncul di kejauhan sedangkan ufuk bercahaya di tempat lain, peringatan-peringatan sporadis ini umumnya menghilang karena tidak sejalan dengan semangat jamannya.

    Embargo minyak tahun 1973, ternyata hanya merupakan krisis energi pertama dekade itu. Pada januari 1979, Shah Iran melarikan diri dari Teheran, setelah memuncaknya revolusi selama setahun oleh para pemimpin religius maupun sekular yang muak dengan korupsi keluarga kerajaan dan rezim yang lalim. Sebagai buntut dari kampanye yang adakalanya kejam, sehingga hengkangnya Shah, yang terjadi pada negara pengekspor terbesar kedua dunia itu adalah pemogokan oleh para buruh ladang- ladang minyak yang membuat terhentinya ekspor. Alhasil, keadaan kacau balau, dan paniknya pasaran dunia hampir tiga kali lipat, yang memacu resesi yang lebih parah dari sebelumnya dalam dekade itu. Keadaan ini bertahan terus hingga tahun 1986, ketika harga minyak jatuh kurang dari UU$ 20 perbarel – masih 50% di atas rata rata harga yang berlaku seabad sebelumnya.

    Menurut kebijaksanaan dekade 70-an, hanya pembangunan yang cepat dari bahan bakar baru atau teknologi yang magis yang dapat mengembalikan kembali ekonomi dunia pada jalur pertumbuhannya. Akibatnya adalah serangkaian usaha besar-besaran di biayai pemerintah untuk mengkomersialkan segala sesuatu dari reaktor penghasil listrik sampai ke pembangkit tenaga surya dan bahan bakar cair yang menggunakan batu bara. Rencana-rencana itu mencerminkan keyakinan umum bahwa penggunaan langsung listrik—pengangkut energi “modern” yang serbaguna – adalah alternatif terbaik untuk mengganti minyak. Pada saat astronot Amerika Serikat baru saja mendarat di bulan dan beberapa ilmuwan sedang meramalkan kemungkinan adanya obat untuk kanker, rasa optimis terhadap teknologi energi tampaknya tidak begitu optimis. Pada dengar pendapat legislatif dan pesta- pesta coktail, ada ungkapan yang sering terdengar: “ Jika kita dapat pergi ke bulan, yakinlah kita dapat …”. Menggunakan filsafat itu sebagai pedoman, bagaimana miliaran dolar dana pemerintah telah di investasikan dalam jajaran teknologi energi baru selama dua dekade – namun seringkali hasilnya mengecewakan.

    Tenaga nuklir mungkin yang paling mengecewakan, mengacu kesepakatan ilmiah yang hampir bulat sependapat dan begitu mempesona para pemimpin pemerintah di tahun 1973. Meskipun subsidi besar-besaran dan usaha – usaha publik yang agresif, kontribusi dari reaktor baru mulai menurun segera sesudah krisis minyak pertama – secara perlahan dengan naiknya biaya dan tumbuhnya perhatian public, bahkan kemudian ditambah kecelakaan di Three Mile Island pada tahun 1979 dan di Chernobil pada tahun 1986. Dimulai di Amerika Serikat pada akhir 70-an, kemudian menyebar ke Eropa Barat pada pertengahan tahun 80-an dan bekas blok Timur pada tahun 90-an, hampir semua program ekspansi nuklir di hentikan’’.

    Pada tahun 1990, sesudah dua dekade pertumbuhan yang cepat, produksi nuklir dunia lalu mendatar – mensuplai pada waktu itu 17% listrik dunia dan 5% dari total jumlah energi. Produksi energi nuklir itu sekarang nampaknya akan menurun jika dilihat dari pertumbuhan penggunaan tenaga nuklir antara tahun 1990- 2000, dan banyak pabrik yang di bangun pada dekade 60-an dan 70-an mungkin segera dipensiunkan. Bahkan pendukung paling kuat energi nuklir meninggalkan perdebatan bahwa apabila pemerintah-pemerintah kembali merencanakan dan merangsang reaktor yang lebih sederhana dan lebih aman, Kejayaan nuklir mungkin tumbuh lagi –tetapi bukan untuk dua dekade ke-depan. Karena Tidak pernah sebelumnya teknologi baru utama mundur begitu cepat.

    Setelah bintang nuklir pudar pada dekade 80-an, batu bara menjadi pilihan alternatif untuk banyak negara yang mencoba mengurangi ketergantungan mereka pada minyak. Di seluruh dunia, panggunaannya meningkat labih dari 30% antara pertengahan tahun 70 -an dan akhir 80- an. Beberapa negara malahan mengikuti jalan terobosan Jepang yaitu mengimpor batu bara untuk menggantikan minyak impor. Namun boom batu bara dekade 80–an terbatas terutama karena masih ada pembangkit tenaga listrik dan juga tidak bisa mengganti penggunaan minyak yang sangat besar dalam transportasi dan industri. Karena bahan bakar padat itu kotor dan boros tempat, batu bara tidak mudah menggantikan minyak. Beberapa usaha pemerintah untuk menganjurkan perubahan dari batu bara ke bahan cair sintetis dengan cepat terhempas – ditimpa oleh kendala-kendal teknis yang tidak di harapkan dan biaya yang sangat besar. Pada akhir dekade, hampir seluruh proyek ini telah di tinggalkan.

    Namun demikian, di negara- negara yang padat penduduk, seperti Cina dan India, batu bara memainkan – dan masih berlangsung – peranan yang lebih besar. Kedua negara itu memiliki cadangan batu bara yang sangat besar, dan tak ada dana yang cukup untuk membeli minyak impor. Akibatnya, batu bara digunakan secara meluas untuk pemanasan rumah dan memasak, demikian juga untuk bahan bakar pabrik-pabrik, menjalankan kereta api, dan pembangkit tenaga listrik. Di Cina, batu bara diperkirakan 76% dari suplai energi komersial negara itu pada tahun 1990, suatu institusi yang mirip Inggris Raya pada akhir abad ke- 19.

    Minyak juga di gantikan oleh sumber-sumber energi lainnya. Kepercayaan pada tenaga hidrolistrik ( hydri power ) tumbuh terus meneris, terutama di negara- negara berkembang. Banyak pengrajin kayu dan pabrik kertas di Canada Amerika Serikat meningkatkan pembakaran kayu sisa mereka, dan penggunaan energi panas bumi ( geotermal ) Di Filipina. Penggunaan gas alam naik dengan cepat di beberapa negara, khususnya Uni Soviet, tetapi gagal di beberapa nagara lain karena suplai temporer saja waktunya. Kesemuanya ini membuat saham minyak untuk penggunaan energi dunia jatuh dari tahun 1850 ke depan, dan sosok pengembangan ekonomi energi dunia dapat dilihat dari skala mikro. Minyak masih nomor satu, pada 34,7% pada tahun 1970 menjadi 31% pada tahun 1992.

    Di Amerika Serikat, di mana angka- angka komprehensif tersedia dari tahun 1850 ke depan, sosok pengembangan ekonomi energi dunia dapat di lihat dalam skala mikro. Minyak masih nomor satu, pada 37 %, tetapi sahamnya jatuh, sedangkan batu bara dan alam masing- masing ada di pertengahan angka dua puluhan, dengan batu bara yang stabil, dan gas yang naik. Sumber- sumber energi lain –tenaga nuklir, hidrolistrik, biomas –masing- masing menambah kurang 8% dari jumlah suplai energi, dan pada dasarnya statis. Energi surya dan angin telah juga mencapai 1% saham yang akan memberikan mereka suatu tempat di Amerika Serikat atau pada peta energi dunia. Sementara tren suplai akhir – akhir ini agaknya ambigu, perkembangan lainnya lebih jelas – terurama pembalikan tajam dalam tren konsumsi. Penggunaan minyak dunia turun lebih dari 10 % antara tahun 1979 dan tahun 1985, kemudian melambung di tahun tahun berikut. Bahkan pada tahun 1993 penggunaan minyak dunia masih juga 12% di atas tingkat 1973. ( Dengan perbandingan, pertumbuhan penduduk dunia lebih dari 40 % selama periode yang sama, dan aktifitas ekonomi sebesar 65% ).

    Turunnya ketergantungan akan minyak ini berakibat luas mulai dari usaha- usaha diaolg, khususnya oleh mereka yang ingin memperbahurui efiensi terhadap minyak yang di konsumsi. Kecenderungan ini paling jelas pada mobil- mobil Amerika, yaitu sesudah dekade- dekade ekonomi bahan bakar mandeg, efesiensi rata- rata mobil baru menjadi dua kali lipat dari 14 mil per galon dalam tahun 1974 menjadi 28 mil per galon pada 1985 ( dari 16,8 liter per-100 kilometer menjadi hanya 8,4 liter ). Mengurangi berat, mesin lebih kecil, bentuk lebih aerodinamis, transmisi lebih diperbaharui, dan ban yang lebih lancar, merupakan antara lain pembaharuan- pembaharuan relatif sederhana yang di lakukan para pembuat mobil. Bahkan kemudahan industri mampu memotong penggunaan energi dalam jarak yang sama. Di Amerika Utara, Eropa dan Jepang, untuk ukuran terbaik keseluruhan produktifitas energi—jumlah GNP per-unit energi yang digunakan – telah meningkat 40 – 45% sejak awal tahun 70 an, memotong jumlah minyak dan bahan bakar lain yang diperlukan untuk menjalankan perekonomian.

    Pengaruh yang sama pentingnya adalah bahwa selama 12 tahun tingginya harga minyak membohongi negara berkembang. Meskipun pemindahan kekayaan yang sangat besar ke Timur Tengah selama dekade 80-an datang sebagian besar dari negara- negara industri, negara - negara miskin tetap menderita kerugian yang paling parah. Pada tahun 1973, banyak negara ini coba mengurangi dalam banyak hal memakai sistim- sistim energi yang menggunakan listrik dan minyak – rencana- rencana yang dengan cepat dihentikan. Hampir semua menemukan diri malah menghabiskan banyak cadangan uang yang harganya tetap ( hard- frecuency reserves ) milik mereka dalam pengimporan minyak yang dibayar dengan dolar Amerika sepanjang dekade 70 an dan 80 an.

    Tiga perempat dari negara- negara berkembang mengimpor minyak pada tahun 1970, dan dari 38 negara termiskin, 29 negara harus menjalankan lebih dari 70 % energi komersial mereka – hampir seluruhnya berupa minyak. Bahkan pada harga yang lebih rendah saat ini, banyak negara Afrika sekitar gurun sahara menghabiskan seperempat sampai setengah pendapatan uang yang harganya tetap mereka untuk mengimpor minyak, investasi secara efektif hilang untuk bidang- bidang lainnya.

    Hal ini memperbesar krisis hutang dunia dekade 80- an dan pada penurunan berikutnya dalam pendapatan perkapita di banyak negara Afrika dan Amerika latin. Selama dekade lalu, rekening atau tagihan/ hampir sama dengan 87% hutang barunya dan menyedot hampir sepertiga pemasukan uang ekspornya. Satu konsekuensi dari peluncuran ekonomi ini adalah bahwa pertumbuhan dalam pembangunan energi melambat di negara- negara berkembang. Pada 1992, dunia ketiga – dengan hampir 805 penduduk dunia – masih menggunakan hanya dalam 35 % dari energi utama dunia. Tidak seperti negara- negara industri, situasi ini mengakibatkan berkurangnya efesiensi dibandingkan dari kemunduran secara umum dalam pertumbuhan ekonomi.

    Hampir semua analis sependapat bahwa kolapsnya harga minyak pada 1986 – ketika Arab Saudi memutuskan memperlonggar kontrol produksi dan menarik kembali saham- sahamnya di pasaran –menunjukkan suatu kemelut yang hampir sama seperti krisis pada 1973. Harga minyak mencapai titik paling rendah kurang dari U$ 10 perbarel pada 1986, bergeser dari U$. 15 sampai U$ 25, kurang dari setengah harga yang dibayar mata uang yen sesungguhnya turun dibanding sebelum embargo minyak (sebagian disebabkan kuatnya mata uang yen ), sementara di Amerika Serikat harganya berkurang dari rata-rata saat ini dalam berkendaraan per-kilometer, beruntung atas peranan penggandaan ekonomi bahan bakar.

    Turunnya harga mimyak secara ilmiah memacu pertumbuhan ekonomi yang cepat dan meningkatkan penggunaan minyak. Sampai begitu jauh, pasaran minyak telah mampu menyerap meningkatkan permintaan, dengan harga yang relatif tetap kecuali pada akhir tahun 1990 ketika terjadi krisis perang teluk. Dibanyak negara, “ isi keamanan energi “ yang begitu menguasai politik dalam awal 80-an telah pudar. Namun dipertengahan dekade sampai ketahun 90-an, suatu debat seru telah muncul kembali dalam lingkungan akademis dan pemerintah tentang bahaya- bahaya ketergantungan yang terlalu barat pada minyak Timur Tengah, dan apakah ada krisis minyak lagi dalam waktu yang agak lama. Jawaban atas pertanyaan ini akan turut menentukan langkah perubahan dalam tren energi dunia di tahun- tahun berikut.

    Periode harga rendah minyak belakangan ini mulai mengurangi keadaan- keadaannya yang menciptakannya. Salah satu sebabnya, ekonomi bahan bakar mobil sedikit saja meningkat di banyak negara maju, sementara penggunaan mobil- mobil melonjak di negara berkembang. Perubahan yang paling drastis muncul di asia, dimana konsumsi minyak dunia meningkat 50 % sejak tahun 1985 dan diproyeksikan akan terus naik. ( Korea Selatan, pada tahun 1992 saja naik sebesar 21 % ). Pesta pora yang sama sedang berlangsung di Amerika latin dan Timur Tengah. Penggunaan minyak sedang tumbuh lebih lamban dari di wilayah industri Amerika Utara dan Eropa, namun demikian disana pertumbuhan yang lebih jauh diharapkan oleh hampir semua pengamat. Sementara itu penggunaan minyak secara nyata menurun sampai 25 % lantaran kelesuan ekonomi Eropa Timur dan bekas Uni Soviet selama awal dekade 90-an; ini untuk sementara waktu menutupi kenaikan- kenaikan di lain tempat. Sebagian besar pengamat memprediksi suatu banjir permintaan minyak dunia pada akhir dekade 90 an.

    Produksi minyak diluar Timur Tengah tetep terbatas. Sebagian ladang- ladang minyak yang diproduktifkan selama dua dekade lalu di Meksiko, Alaska, dan Siberia tidak lagi berkembang, dan dalam beberapa hal ladang- ladang itu sedang menyusut. Di Amerika Serikat, penghasil nomor dua saat ini, produksi harian telah turun dari hampir 9 juta barel pada tahun 1985 menjadi 7 juta barel pada tahun 1993, yang memaksa Amerika Serikat mengimpor dari 3,3 juta barel per hari menjadi 6,7 juta barel – yang menyebabkan rekor 40% dari konsumsi minyak Amerika Serikat. Para analis pemerintah mengharapkan menurun sekurang-kurangnya satu juta barel per-hari dalam produksi Amerika Serikat berkurang, perusahaan-perusahaan minyak terkemuka Amerika Serikat secara bertahap telah mengalihkan lebih dari separuh investasi eksplorasi mereka dari Texas, Oklahama, dan lokasi-lokasi domestik lainnya ke luar negeri yang lebih prospektif hasilnya.3

    III. KETERSEDIAAN CADANGAN MINYAK 20 TAHUN KEDEPAN

    Didalam beberapa paket inovasi, para perencana dan analis di lembaga-lembaga energi terkemuka dunia nampaknya terjebak dalam stagnasi dan kebingungan yang dimulai dengan kegagalan berulang kali pada tahun 1970-an dan 1980-an dalam mengembangkan strategi energi yang aktif. Suatu tinjauan terhadap ramalan-ramalan energi yang resmi dan studi-studi para ahli menyingkap suatu konsesus yang agak mengejutkan bahwa selama beberapa decade mendatang hanya akan terjadi perubahan-perubahan kecil, dengan memberikan lebih sedikit efisiensi, dan masih sedikit hasil-hasil upaya pembersihan ekonomi energi berdasarkan bahan bakar minyak bumi dewasa ini. Menurut para ahli, setiap jenis energi masa depan lainnya mungkin akan mahal dan tidak praktis.4

    Pandangan konsensus akan masa depan energi dunia, sebagaimana digariskan Dewan Energi Dunia (The World Energy Council) dan organisasi lainnya, paling jauh hanya dapat digambarkan sebagai suatu status quo plus. Konsesus ini mengantisipasi ekonomi energi yang ditandai oleh ketergantungan yang berat dan terus menerus pada bahan bakar fosil, yang dimungkinkan oleh perubahan tahap demi tahap dari minyak konvensional menuju sumber-sumber fosil yang kelasnya lebih rendah (dan lebih berlimpah), seperti batubara muda (lignite) dan serpih yang mengandung minyak (oil shale), dengan tujuan menghindari keharusan membuat perubahan-perubahan kebijakan teknologi yang drastis.

    Waktu peralihan ke sumber-sumber energi baru mulai perlu untuk memaksa langkah perubahan lebih cepat dan mempercepat peralihan ke sistem-sistem lain. Ketergantungan dunia pada minyak Timur Tengah akan meningkatkan resiko krisis, sementara ketersediaan cadangan minyak lambat laun dan lama kelamaan akan menipis.5

    Sementara pembentukan minyak bumi dimulai jutaan tahun yang lalu dari proses pelapukan jasad renik, tumbuhan mikroskopis dan mikro organisme laut (planton) yang mengalami pembusukan. Dibawah pengaruh suhu dan tekanan tinggi berubah menjadi minyak bumi dan gas alam yang terkumpul dalam pori-pori batu kapur dan batu-batu pasir. Karena aksi kapiler minyak dapat naik dan karena terhalang batuan yang tidak berpori akan terakumulasi dalam perangkap minyak. Pengambilan dilakukan dengan pengeboran biasanya pengeboran rotasi dengan bor yang berputar yang ideal jika ujung bor tepat menembus lapisan minyak, karena tekanan gas yang tinggi diatas lapisan ini akan membentuk dan menekan minyak itu keatas. Proses terjadinya minyak bumi membutuhkan waktu jutaan (30-500 juta tahun) karena itu minyak bumi digolongkan sumber daya yang tidak diperbarui (unrenewable), dan kewajiban manusia untuk menghemat pemakaiannya. Kecuali itu, harus digunakan sumber energi alternative misalnya energi panas bumi, energi angin, energi surya, energi air, energi nuklir batu bara dan lainnya.

    Penggunaan minyak bumi untuk meningkatkan efisiensi pembakaran perlu ditambah TEL(Tetra Etil Timbal IV Pb atau (C2H5)4. Efisiensi dinyatakan dengan besaran bilangan oktan, makin tinggi bilangan oktan makin baik proses pembakaran didalam mesin. Pembakaran yang tidak efisien akan banyak membuang energi dalam bentuk panmas dan menimbulkan ketukan (knocking) atau bensin batuk-batuk. Menurut perjanjian bilangan oktan heptana diberi nilai nol dan iso oktana 2,2,4 tri metal pentane nilainya 100. Alkana rantai lurus mempunyai angka oktan lebih rendah dibandingkan alkana bercabang. Bensin premium mempunyai angka oktan 82, artinya efisiensinya sesuai dengan campuran 82% iso oktana dan 18% heptana. TEL dapat menaikkan angka oktan, namun senyawa timbal yang keluar bersama sisa pembakaran sangat berbahaya, karena bisa enimbulkan anemia, sakit kepala, kerusakan otak, kebutaan dan kematian. Adapun urutan fraksi pengolahan dimulai dari fraksi gas, petroleumeter, ligraolin, bensin, kersin, solar, minyak pelumas, patafin dan terakhir aspal atau residu.6

    Para ilmuwan memperkirakan bahwa dunia harus memperkecil emisi karbon global paling tidak 60% dibawah tingkat yang ada sekarang agar menstabilkan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer. Sebaliknya, Badan Energi Internasional (the International Energy Agency) sekarang memproyeksikan hampir 50% bertambahnya emisi antara 1990-2010, dan paling banyak emisi ini terjadi di Dunia ketiga, dimana emisi karbon per kapita sekarang ini akan bergeser dari 1/20 menjadi 1/5 dari negara-negara industri. Tantangan ini akan dipersulit oleh kebutuhan-kebutuhan energi yang makin bertambah di negara-negara berkembang, yang telah berjumlah lebih dari 4 miliar orang – angka yang diproyeksikan mencapai lebih dari 6 miliar orang ditahun 2020. Penduduk negara-negara berkembang tercatat lebih dari ¾ penduduk dunia, tetapi hanya menggunakan energi 1/3 energi dunia – tingkat perkapitanya rata-rata kurang dari 1/8 dibanding negara-negara industri. Konsumsi energi Dunia Ketiga telah dua kali lipat sejak tahun 1970, dan secara umum diproyeksikan akan dua kali lipat lagi dalam 15 tahun berikut dan berkembang menjadi enam kali lipat pada tahun 2020.7

    Masalah yang masih pekerjaan rumah yang tetap jadi pertanyaan adalah bagaimana, didunia ini tidak lagi mengandalkan minyak dan batubara. Perlu membuat terobosan baru, dengan membuat peralihan secara bertahap ke sistem energi yang sama sekali berbeda – energi yang sepenuhnya mengandalkan sumber-sumber energi yang dapat diperbarui. Mengacu pada pengangkut energi potensial oleh penulis Jules Verne lebih dari seabad lalu, hydrogen adalah unsure kimia yang paling ringan dan juga bahan baker yang mungkin paling sederhana; dapat dibuat secara massal langsung dari air, menggunakan energi surya atau angin, atau dari biomass.8

    IV. PENGEMBANGAN ENERGI ALTERNATIF

    I.Hidrogen sudah digunakan baik sebagai bahan bakar dalam industri kimia maupun sebagai bahan bakar roket dalam program ruang angkasa. Teknologi hydrogen terus maju pesat dan kendala-kendala untuk penggunaan yang meluas dari bahan bakar ini telah runtuh: Penggunaan hydrogen akan memungkinkan membawa energi melalui pipa saluran dengan cara seperti gas alam sekarang ini – dan jauh lebih murah daripada biaya transmisi listrik saat ini. Beberapa decade dari saat 1995, hydrogen dapat disalurkan dengan pipa dari Great Plains di Amerika Utara ke daerah pesisir sebelah timur, dan dari gurun Cina sebelah barat ke pesisir pantai padat penduduk. Tujuan lain dari saluran pipa itu: dapat digunakan secara langsung untuk peralatan pabrik yang sangat efisien dan berbagai perlengkapan rumah tangga, termasuk sel-sel bahan bakar yang memungkinkan rumah-rumah tangga membangkitkan tenaga listrik sendiri.

    II.Hidrogen dan fuel cell disebut-sebut sebagai alternative ideal pengganti bensin dan mesin internal combustion yang digunakan sekarang ini. Dengan serangkaian terobosan teknologi dapat mendorong efisiensi bahan bakar mesin internal combustion, juga mereduksi emisi hingga 95% dan meningkatkan performa. Namun, jangan terpaku dengan mengembangkan fuel cell saja, tapi juga mesin internal combustion, menurut Helmut List, chairman AVL List GmbH, perusahaan powertrain engineering, di Graz, Austria. List menilai sebuah kesalahan bila berpikir hydrogen adalah satu-satunya jawaban untuk menurunkan konsumsi bahan bakar dan mereduksi emisi. List menilai masih butuh waktu 15 tahun kedepan untuk disempurnakan. Riset yang dikembangkan Hazem Ezzat, director of GM Powertrain’s research lab, riset berhasil meningkatkan efisiensi bahan bakar mesin bensin hingga 25%. Keuntungan-keuntungan itu bisa diperoleh kombinasi teknologi seperti hybrid powertrain, cylinder deactivation, gasoline direct injection, variable valve timing dan system transmisi enam speed. Mercedes Benz telah mengembangkannya.9

    III.Palm Biodiesel - bahan bakar pengganti solar

    Penggunaan alcohol sebagai substitusi bensin untuk kendaraan bermotor, diterapkan di Brasil, Negara penghasil gula, dengan mensintesis alcohol dari tebu untuk pengganti bensin. Beberapa minyak tumbuhan juga pernah digunakan untuk bahanbakar inyak. Rudolph Diesel- penemu mesin diesel- menggunakan minyak kacang untuk menghidupkan mesin injeksinya untuk pertama kalinya. Tak kalah menariknya adalah tentara Jerman pada perang dunia kedua, memakai minyak goreng sebagai bahan bakar tank ketika kehabisan bensin di gurun sahara. Pengalaman Rudolph Diesel telah mengilhami beberapa Negara maju di Eropa untuk mengonversi minyak tumbuhan menjadi bentuk bio energi guna menggerakkan kendaraan bermotor. Di Jerman, bioenergi telah menjadi energi masa depan. Industri-industri mobil Jerman kini sudah dikembangkan sungguh-sungguh untuk menggunakan bioenergi dari minyak rapeseed sebagai bahan bakar. Demikian juga Amerika Serikat, telah mengembangkan dan menggunakan bioenergi dari minyak kedelai. Palm biodiesel merupakan peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan penggunaan bioenergi sebagai energi alternative, yang bahan bakunya tersedia melimpah, yakni kelapa sawit. Berbekal lahan perkebunan kelapa sawit seluas 3,5 juta hektar, Indonesia dapat menghasilkan minyak sawit 7,0 juta ton/ tahun. Yang sayangnya, sebagian besar minyak sawit mentah ini diekspor dala bentuk CPO (crude palm oil) tanpa proses terlebih dahulu menjadi berbagai produk turunannya yang memberi nilai tinggi. Melihat keberhasilan Negara-negara maju Eropa dan Amerika Serikat yang mengembangkan minyak rapeseed dan minyak kedelai yang dikenal dengan biodiesel, Indonesia seharusnya dapat memproduksi biodiesel berbasis minyak sawit (palm biodiesel). Palm biodiesel memberi efek polusi lebih rendah, dengan emisi gas berbahaya seperti karbon monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2) dari bahan bakar campuran palm biodiesel dan petrodiesel (solar) lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar solar murni.

    Biodiesel dapat digunakan dalam bentuk murni atau dicampur dalam berbagai ratio dengan petrodiesel. Yang paling umum adalah 20 bagian biodiesel : 80 bagian biodiesel petrodiesel atau kerap disebut B20. Semakin banyak jumlah biodiesel dalam campuran maka emisi gas buang yang dihasilkan makin baik. Penggunaan minyak sawit secara langsung untuk menggantikan solar tidak disarankan. Karena dapat menghasilkan senyawa plastis yang semi padat dari gliserin yang bisa mengganggu kerja mesin.

    Selama pembakaran, minyak sawit akan terurai menjadi asam lemak dan gliserin yang selanjutnya berubah menjadi senyawa yang plastis dan membentuk deposit yang bisa menganggu kerja pompa injector. Guna menghilangkan gangguan mesin ini, minyak sawit dikonversi terlebih dahulu menjadi metal ester. Proses konversi bisa dilakukan lewat transesterifikasi minyak sawit dengan methanol sehingga dihasilkan gliserin dan metil ester. Metil ester ini kemudian dipisahkan dan dicuci untuk menjadi biodiesel yang siap digunakan. Produk saping dari proses ini, yaitu gliserin merupakan bahan baku industri yang sangat luas penggunaannya, mulai dari bahan kosmetika, sabun hingga farmasi dan obat.

    Ini artinya industri biodiesel dapat menghasilkan bahan baku untuk industri farmasi dan kosmetika yang sangat berharga, yang pada gilirannya dapat menekan biaya produksi biodiesel. Potensi Pasar Satu hal yang menjadi persoalan dalam pengembangan palm biodiesel di Indonesia adalah subsidi BBM yang masih besar sehingga harga jual petro diesel domestic lebih rendah dibanding harga di pasar internasional. Sementara, potensi pasar palm biodiesel adalah masyarakat Eropa. Konon, Negara-negara Eropa yang menjadi konsumen biodiesel terbesar didunia sudah mulai kewalahan menyediakan. Hampir tidak mungkin dilakukan perluasan lahan atau ekstensifikasi untuk penanaman rapeseed karena keterbatasan lahan. Karena sulitnya, bahan baku minyak goreng bekas dari berbagai restoran dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Pasar inilah yang harus diisi, jika Indonesia sudah mampu memproduksi palm biodiesel secara komersial. Berbagai keuntungan jelas akan dituai di masa datang. Pengembangan industri palm biodiesel secara komersial tidak saja akan menyerap ribuan tenaga kerja tetapi juga menguntungkan secara ekologis.

    Selain memiliki emisi gas berbahaya yang lebih rendah, juga kelapa sawit- mempunyai produktifitas minyak terbesar dibanding minyak nabati lainnya- akan menyerap karbondioksida lebih banyak. Selanjutnya, memproduksi oksigen lebih banyak pula sehingga perkebunan kelapa sawit yang makin luas akan berfungsi sebagai paru-paru dunia. Artinya, palm biodiesel tidak hanya menghadirkan energi alternative tapi juga mendatangkan multiplier effect di masa datang.10

    Penelitian Tatang H. Soerawidjaja, staf pengajar Teknik Kimia ITB, serta ketua Forum Biodiesel Indonesia, menyebutkan selain terbuat dari palm, minyak nabati dari kelapa sawit, bisa juga diperoleh dari kelapa, jarak pagar, kapok, malapari, nyamplung dan lain sebagainya. Ia menyebutkan, jika 2 persen saja konsumsi solar disubstitusi dengan biodiesel, maka akan dibutuhkan sekitar 720 ribu kiloliter biodiesel. Hal ini akan membutuhkan sekitar 720 ribu ton minyak nabati yang dihasilkan dari sedikitnya 200 ribu hektar perkebunan dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 65 ribu orang di perkebunan dan lima ribu orang di pabrik.

    Presiden AS, George W. Bush mengomparasikan data konsumsi energi yang digunakan AS pada tahun 1985 dan 2005, menunjukkan 75% minyak AS masih dihasilkan dari produksi didalam negeri, tetapi tahun 2005 hanya 35% saja yang bisa diproduksi didalam negeri. Selebihnya, AS mengimpor dari luar negeri, khususnya dari Negara-negara Timur Tengah. Hingga, ia memperbaiki kebijakan energi dengan memberdayakan sumber daya hayati sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dan bioetanol.

    IV.Bioetanol – bahan bakar pengganti bensin

    Bioetanal dapat diolah dari berbagai jenis tanaman berpati (ubi kayu, jagung, sorgu biji, sagu), tanaman bergula (tebu, sorgu anis, bit) serta serat (jerami, tahi gergaji, apas tebu). Serta dari bahan-bahan bergula atau berpati lainnya nira sorgum, nira nipah, singkong, ganyong, dan tumbuhan lainnya. Seluruh jenis bahan baku ini, dibandingan dengan kondisi harga minyak mentah, biaya produksinya kompetitif dengan bensin. Untuk tanaman berpati dan bergula, dengan produktifitas rata-rata bioetanol 5.000 liter/ha per-tahun, konsumsi seluruh bensin sebesar 16 juta kilo per-tahun (tahun 2005) dapat diproduksi dengan budidaya bahan baku seluas 3,2 juta hektar saja (1,7% dari luas daratan Indonesia). Jika dalam waktu dekat ini, bahan baku serat selulosa (jerami dan sejenisnya) dapat bersaing dengan pati-patian dan gula, jumlah lahan yang digunakan menjadi lebih sedikit.

    Etanol diperoleh lewat proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Umumnya etanol diproduksi dengan cara sintesa etilen. Selain bioetanol dikenal pula gasohol yang merupakan campuran bioetanol dengan premium. Gasohol BE-10 adalah mengandung bioetanol 10 persen, sisanya premium. Gasohol singkatan dari gasoline (bensin) plus alcohol (bioetanol). Etanol absolute memiliki angka oktan (ON) 117, sedangkan premium hanya 87-88. Gasohol E-10 secara proporsional eiliki ON 92 atau setara Pertamax. Pada koposisi ini bioetanol dikenal sebagai octan enhancer (aditif) yang paling ramah lingkungan dan di negara-negara maju telah enggeser penggunaan Tetra Ethyk Lead (TEL) maupun Methyl Tertiary Buthyl Ether (MTBE). Kualitas etanol yang digunakan tergolong fuel grade etanol yang kadar etanolnya 99 persen. Etanol yang mengandung 35 persen oksigen dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca.

    Keuntungan dengan biaya produksi yang rendah, karena sumber bahan bakunya merupakan limbah pertanian yang tidak bernilai ekonomis berasal dari hasil pertanian budidaya yang dapat diambil dengan mudah. Dilihat dari proses produksinya juga relative sederhana dan murah. Keuntungan lain dari bioetanol adalah nilai oktannya lebih tinggi dari bensin, sehingga dapat menggantikan fungsi bahan aditif, seperti etil tertiary butyl ether dan ether dan tetra ethyl lead. Kedua aditif tersebut telah dipilih menggantikan timbal pada bensin.

    Bioetanol dapat langsung dicampur dengan bensin pada berbagai komposisi sehingga untuk meningkatkan efisiensi dan emisi gas buang yang lebih ramah lingkungan. Produksi etanol di Indonesia, berdasarkan data Depperindag tahun 2002, sekitar 180 juta liter dengan etanol berkadar 95-97 persen. Dari empat pabrik di Lampung, Jateng dan Jatim saja dihasilkan 174,5 liter per-tahun. Dari jumlah itu, 115 juta liter diekspor ke Jepang dan Filipina, sedangkan sisanya digunakan sebagai bahan baku industri asam asetat, selulosa, pengolahan rumput laut, minuman alcohol, cat, farmasi dan kosmetik. Selain, pabrik komersial yang umumnya menggunakan limbah pabrik gula atau tetes, Balai Besar Teknologi Pati, BPPT mengembangkan produksi bioetanol dari bahan baku ubi kayu. Pabrik percontohan yang dibangun di Lampung berkapasitas 8.000 liter per hari.

    Selain ubi kayu, ada sumber karbohidrat yang potensial sebagai bahan baku etanol, yaitu jagung, ubi jalar, sagu dan tebu. Namun, kelebihan ubi kayu dibandingkan dengan yang lain adalah dapat tumbuh di tanah yang kurang subur. Ubi kayu atau singkong memiliki daya tahan yang tinggi terhadap penyakit dan dapat diatur waktu panennya. Namun, kadar patinya berkisar 30 persen, masih lebih rendah dibandingkan dengan jagung (70 persen) dan tebu (55 persen).

    Di seluruh Indonesia terdapat 1,4 juta hektar perkebunan ubi kayu, yang terdapat di 10 propinsi. Lampung diantaranya menghasilkan ubi kayu 15 ton per hektar, sedangkan Jawa Timur 17-18 ton per hektar. Dengan asumsi 20 persen kebutuhan bensin bisa digantikan gasohol BE-10 hingga 3 juta kiloliter, maka setiap tahun akan diperlukan 2 juta ton ubi kayu, yang diproduksi dari lahan seluas 100.000 hektar.

    Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar, sesungguhnya seusia dengan perkebangan industri otomotif. Mobil Ford generasi pertama (Type T) merupakan mobil yang menggunakan bioetanol sebagai bahan bakar. Sejak bensin diproduksi dengan harga murah pasca PD II, bioetanol tersisih karena harganya tida cukup kompetitif. Krisis minyak pada tahun 1970-an mengangkat kembali bioetanol sebagai bahan bakar alternatif di AS, Brazil dan beberapa Negara Asia dan Eropa.

    Dampak positif dari produksi bioetanol dari tanaman dan penggunaannya pada mesin mobil akan menciptakan keseimbangan siklus karbondioksida, yang berarti akan mengurangi laju pemanasan global. Pembakaran bensin yang lebih sempurna ketika dicampur bioetanol 10% saja akan memperbaiki kualitas udara di kota-kota padat lalu lintas. Di Indonesia hal ini menjadi krusial, karena aditif timbale (TEL) masih digunakan di luar Jawa-Bali. Tidak murah menggantikan TEL dengan aditif HOC (High Octane Mogas Component) karena biaya produksinya sangat mahal.
    Sisi negatifnya, produksi bioetanol secara besar-besaran berpotensi menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati melalui monokultur bahan baku berikut praktek-praktek pertanian yang merusak kualitas lahan. Ini bukan masalah baru dan harus diatasi bersama-sama agroindustri lainnya melalui penerapan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) yang terintegrasikan dengan system bio industri nir-limbah. Integrasi budidaya bahan baku dengan pabrik bioetanol dan peternakan sapi telah terbukti menurunkan biaya investasi, yang dapat menurunkan kapasitas minimal pabrik. Selain itu, penggunaan aneka raga bahan baku juga tidak akan banyak berpengaruh terhadap investasi awal karena prosesnya lebih sederhana dibandingkan dengan proses fermentasi, distilasi dan dehidrasi.11

    V.
    Sejarah menyarankan bahwa transisi energi utama – dari kayu ke batubara atau dari batubara ke minyak – memerlukan waktu untuk mengumpulkan momentum. Tetapi begitu resistensi politik dan ekonomi diatasi dan teknologi-teknologi baru telah terbukti, maka segala sesuatu dapat dibentangkan dengan cepat. Persoalannya adalah bagaimana sistem energi hari ini bakal digoyang pada penghujung abad, dan mungkin ini cara ekonomi energi yang berkelanjutan muncul di akhir decade. Jika demikian, revolusi energi mendatang akan memberi pengaruh mendalam atas cara manusia bekerja dan hidup, dan pada kesehatan lingkungan global tempat kita bergantung.12


    Kutipan referensi :
    Sekumpulan teknologi produksi energi baru yang akan memungkinkan sumber-sumber yang dapat diperbarui akan memperkuat ekonomi global. Revolusi energi mendatang akan memiliki pengaruh-pengaruh besar pada seluruh aspek pekerjaan dan kehidupan manusia, dan terhadap sehatnya lingkungan global dimana tempat kita hidup bergantung.
    Setiap sudut teknologi merubah cara hidup kita, dan banyak muncul perubahan social dan politik. Dari Afrika Selatan sampai kebagian selatan Meksiko, rakyat diselusinan negara hiruk-pikuk menuntut hak-hak asasi dan demokrasi partisipatif dari sistem-sistem politik yang sangat otoriter, dan membongkar banyak perusahaan negara yang tidak efisien, yang telah mendominasi ekonomi mereka. Pada tahun 1989, rakyat Eropa Timur secara mendadak dan menyakinkan mencampakkan rezim-rezim komunis yang sudah empat decade berkuasa namun gagal membangun hak-hak politik mereka, kemakmuran ekonomi atau kesehatan lingkungan.

    Menuliskan tentang Kritikan Max Weber terhadap Wilhelm Ostwald (seorang ilmuwan social, antropologi, tahun 1853-1932). Yang mana, Ostwald menggambarkan sejarah manusia terkait dengan besarnya ketersediaan energi dan pengembangan efisiensi yang dapat ditransformkan. Dia menulis buku, satu dari yang dibayangkannya dari evolusi modern tentang antropologi lingkungan, yang selanjutnya disadari oleh Leslie White. Ostwald mendeskripsikan sejarah ekonomi yang hampir sama yang mana seharusnya kita lihat, yang mana mengungkap hampir keseluruhan lanjutan dari Soddy, seorang anak muda berusia 25 tahun, yang telah diungkapkan sebelumnya oleh Podolinsky, Sacher dan Geddes pada tahun 1880-an dan juga Pfaunder (Ostwald berhubungan dengannya) pada tahun 1902. Dan Ostwald mengambil sebagian dari pikiran mereka.

    Gambaran sejarah ekonominya berdasar terhadap kritikan para energitist teori ekonomi, tetapi para energitist tidak bergantung pada segi pandangan kimia dan fisika yang menolak relevansi atom diantaranya sebelum tahapan pengujian untuk beberapa tahun setelah penemuan radioaktif. Soddy telah berspekulatif sejak tahun 1903 terhadap potensi energi atom dalam ekonomi. Dalam beberapa kasus, kita seharusnya tidak berurusan dengan paham energi Ostwald dalam ilmu pengetahuan alam tetapi dengan paham energi dalam sejarah manusia. Ostwald memiliki kemampuan untuk mempublikasikan karyanya. Dia menciptakan sebuah slogan – yang digambarkan sebagai Energetische Imperative, yang digunakan tidak hanya sebagai petunjuk moral tetapi juga sebuah prinsip interpretasi dari masalah sejarah manusia – Vergeude keine Energie, verwerte sie (waste no energy, value it). Satu yang dapat dilihat dari bagian teori yang berhubungan pemilihan alamiah dan penggunaan energi (dari Lotka ke Prigogine) ketika diterapkan tidak hanya untuk spesies yang berbeda, tapi untuk makhluk hidup, yang mungkin berhubung dengan analisis energi dan aliran social Darwin. Ostwald, bagi dirinya sendiri tidak membangun garis pemikiran ini – bagaimana masyarakat beradaptasi untuk ketersediaan aliran energi dan bagaimana masyarakat memodifikasinya – dan Ostwald tidak melakukan analisis empiris dari penggunaan energi dalam beberapa kehidupan masyarakat.

    Max Weber (1864-1920) yang menulis review dari Ostwald tahun 1909 tentang Energetic Foundations of the Science of Culture dan mempublikasinya juga pada tahun 1909 (Weber, 1968) ia mengritik Ostwald untuk kegagalannya menyediakan data. Meskipun Weber tidak menquota dari beberapa pengarang lainnya (dari Podolinsky ke Pfoundler, peneliti yang mungkin kita lupakan) sosok yang telah melakukan kerja empiris terhadap aliran energi dalam masyarakat. Weber menjelaskan tesis utama Ostwald dan mempertahankan pembagian antara ilmu pengetahuan, yang hampir membuat hal kegembiraan salto mortale Ostwald kedalam sejarah ekonomi.

    (diambil dari berbagai SDA)

    Sabtu, 07 Februari 2009

    "Siapa Mereka".

    "Kendali dunia tanpa penyeimbang akan menimbulkan
    kesenjangan dan ketidakteraturan”
    - oposan.
    by Fitria Anggarwati

    Fragmen code : kejadian peristiwa tragedi nyawa atau bara api, bersamaan dengan momen yang mengubah arah program atau kebijakan atau statemen atau kondisi atau sikap institusi –individu terhadap keadaan. Seperti peristiwa mundurnya Soeharto bersamaan dengan penembakan mahasiswa Trisakti, serta peringatan 10 tahun reformasi bersamaan dengan gempa Sinchuan Cina. Fragmen code digunakan untuk menganalisa peristiwa biasanya menggunakan inisial-inisial untuk mengenal gerakan jiwa setelah meninggal berupa :
    a.Awalan huruf depan atau nama dari tokoh-tokoh yang dikenal. Budi Utomo, Para Pahlawan yang banyak berperan di kejaksaan, pengadilan, aktivis politik & HAM, departemen dan pengusutan KPK. Simon Pherez dari keturunan bangsa Yahudi yang mendapat nobel perdamaian. Imam Mahdi dengan nama depan I.
    b.Kemiripan wajah, istri Panembahan Senopati, mama Ira di Idola cilik.
    c.Kata atau kalimat atau aksyen khas yang dipergunakan- seperti kata bangkit dan semangat yang digelorakan Sultan Agung pada sosok Soekarno. Nasionalisasi oleh Dr. Sun Yat Sen. Kata berjuang oleh M. Hatta, M. Natsir. Cita-cita oleh RA. Kartini. Singkatan kata : NU.
    d.Warna penunjukkan seperti biru untuk bangsa bangsa Arab- Palestina saat iklan SBY turun 3 kali. Merah untuk jawa yang lalu direpresentasikan menyeluruh sebagai gerakan semangat seperti di Kuba dan AS.
    e.Bagian karakter dari tokoh umat, bangsa atau negara seperti Muhammad SAW dengan jubah muslim beserta peci atau istri-istri dengan kerudung Khadijah, M. Gandhi dengan lahirnya Hindu di India -Parvati (wajahnya seperti Olga- presenter) lalu India dikenal dengan P, namun karena P banyak memiliki representasi maka India diwakilkan dengan O.
    f.Icon- seperti pakaian khas kemeja batik untuk keturunan Raja-Ratu HB sampai IX-. Gerakan Kota-kota untuk daerah asal tempat tinggal Gresik- Sunan Ampel, Mojokerto- Raden Sesepuh, Borobudur-Dinasti Sanjaya, Ngawi- Empu Sendok, Cirebon- Sunan Muria, Madura, Semarang- Pajang, Airlangga- Surabaya, Kediri –Blitar- Malang, Aceh dlsb.
    g.Identitas negara- NY/LA untuk Amerika Serikat karena peristiwa terkait maka H dikenal dengan WTO/9-11. Dengan menyingkat nama dari tokoh-tokoh AS, atau asal seperti Rusia, Belanda, Inggris- Ratu Elizabeth II, Jepang, Korut, Iran.
    h.Bidang profesi dan ilmu: labour, science, mathematic, chemistry, literature-poetry, lecture, economic, social, politic, art, journalist, polisi, militer,-dlsb.
    Kendali dunia yang terjadi jika tidak ditopang oleh “Mereka”, maka kesenjangan dan ketidakteraturan sulit teratasi. Adakalanya “fragmen code” diberi tanda jasa untuk mereka-mereka yang memulihkan keadaan, dibalik gerakan sinar- (light movements). *unwritten names* metrobreaking.info

    Senin, 02 Februari 2009

    तेपट पेंग्गुनान एनेर्गी

    FOR IMMEDIATE RELEASE
    September 29, 1997
    NEWS MEDIA CONTACT:

    DOE Press Office, 202/586-5806
    Peña Doubles Amount of U.S. Plutonium and Highly Enriched Uranium Available for International Inspection
    Signs Two Conventions to Improve Nuclear Safety
    In a speech before the International Atomic Energy Agency's (IAEA) 41st Annual Conference in Vienna, Austria, U.S. Secretary of Energy Federico Peña today announced that the United States is doubling the amount of U.S. plutonium and highly enriched uranium available for international inspection. In addition, he announced new initiatives to accelerate progress on international nonproliferation agreements. He also urged increased cooperation to reduce the risk of nuclear terrorism and called on all nations to ratify the Comprehensive Test Ban Treaty. As the leader of the U.S. delegation to the conference, Secretary Peña signed a convention on spent fuel and nuclear waste management and a convention on nuclear liability that will lead to improved safety at nuclear reactors throughout the world.
    "Our mission is to make sure that all nuclear material is safe and secure. That means ensuring that weapons-usable material doesn't fall into the wrong hands and improving the safety of reactors around the world," Peña said. "The work we've done today helps us in both these areas."
    Peña announced that the United States will make an additional 52 tons of plutonium and highly enriched uranium available for IAEA inspection, beyond the 38 tons already available. He called on other nuclear weapons states to follow his lead. All of this material had been previously removed from military use. The announcement means that the United States is more than doubling the amount of defense-related nuclear material available for international inspection.
    To accelerate progress on international nonproliferation agreements, Peña said the United States will soon conduct an experimental application of all measures included in the IAEA's newly strengthened safeguards system (the so-called 93+2 program). The experiment will take place at the Argonne National Laboratory site in Idaho and will provide a model for U.S. compliance with the safeguards.
    Secretary Peña also announced that the IAEA will inspect the dilution of excess U.S. highly enriched uranium. "This will be the first time the agency has verified the transformation of fissile material from a nuclear weapons state's military sector to civilian uses," Peña said. "I hope that other nations will follow suit."
    Secretary Peña signed the IAEA Convention on Supplementary Compensation for Nuclear Damage, making the United States the first signatory. The convention provides important liability protection to American companies interested in nuclear reactor construction, safety upgrades and repairs in other countries. Peña also signed the Joint Convention on the Safety of Spent Fuel Management and the Safety of Radioactive Waste Management, which requires signatories to manage spent fuel and radioactive waste according to agreed upon international standards. It encourages compliance with these standards through peer reviews and other incentives. Neither of these conventions require changes to U.S. law.
    Secretary Peña held bilateral talks with his counterparts from Russia, South Korea, and Japan. In each of these meetings, Peña urged prompt ratification of the Comprehensive Test Ban Treaty, expanded safeguards for nuclear material and increased efforts to prevent nuclear terrorism. Secretary Peña and Russian Minister Mikhailov signed a Joint Statement of the Activities of International Nuclear Safety Centers that will support enhanced communication and cooperation between scientists and initiation of seven joint activities to improve the safety of Russian-designed nuclear reactors.
    - DOE –
    R-97-098


    Canadian Nuclear Discussion List-
    http://mailman.McMaster.CA/mailman/private/cdn-nucl-l/. http://www.energyprobe.org/energyprobe/index.cfm?DSP=content&ContentID=4

    Experts in nuclear weapons recognize that by far the most difficult step in building a bomb like the one that destroyed Hiroshima is acquiring sufficient weapons-grade material. Yet a private Canadian multinational, MDS Nordion, has stockpiled almosttwo nuclear bombs' worth of the material near Ottawa. And this company is trying to import enough from the U.S. to more than double its stockpile.

    MDS - a medical supplier - likes to use weapons-grade uranium instead of other materials that are not attractive to terrorists and rogue states because it is convenient and profitable. As it said in 1999, "switching to safer, low-enriched uranium fuel would be too costly and too troublesome." Some of MDS's commercial competitors have installed or are installing modified processes that do not require the use of the
    nuclear-bomb ingredients.

    Blinded by its commercial interests, MDS has failed to recognize its contribution to the risk of nuclear arms proliferation and global terrorism. When asked recently by the Ottawa Citizen about Canadian and U.S. watchdog groups' concerns, a corporate vice president said, "It would be the first time that I've ever heard that Canada is a proliferation threat."

    To our disappointment, Canada's government is less concerned about the proliferation implications of trafficking in weapons-grade uranium than the U.S. government. While the U.S. government has been trying to phase out commerce in weapons-grade uranium, our federal government's own Atomic Energy of Canada is building two new reactors and a processing facility north of Ottawa on behalf of MDS that are designed to use the convenient but dangerous substance.


    These projects are proceeding poorly. AECL has experienced serious safety problems, delays, and cost overruns. One reactor was started up briefly, only to be shut down for extensive testing and renovation following a failed safety test. The other reactor has yet to be brought on line.

    The delay in starting these reactors creates an opportunity to convert to a safer process that does not rely on weapons-grade uranium. If MDS is not forced to discontinue its commerce in weapons-grade uranium soon, it will be more expensive to convert to a safer system once the two new reactors are fully radioactive and the processing facility becomes contaminated.

    There is a growing international consensus that to reduce risks to international security, reliance on weapons-grade uranium in research reactors, test reactors, and isotope production reactors should be eliminated. Canada is one of the last nations to engage in international trafficking in weapons-grade uranium.

    If you agree that we should stop putting profits ahead of public safety, please contact Canada's Minister of Foreign Affairs, Bill Graham, and urge him to bring Canada into line with international efforts to cease all use of, and commerce in, weapons-grade uranium (see contact information, below).

    And please consider a generous donation to Energy Probe. We are working with other citizens' groups around the world to stop all production, stockpiling, and trafficking in weapons-grade material. Your tax-creditable, charitable donation will support us in this cause.
    Yours sincerely,
    Tom Adams
    Executive Director
    www.EnergyProbe.org
    Contact information for Bill Graham, the Minister of Foreign Affairs:
    Hon. Bill Graham
    House of Commons, Parliament Buildings
    Ottawa, Ontario K1A 0A6
    (Postage free)
    Ph: (613) 992-5234
    F: (613) 996-9607
    Email: Graham.B@parl.gc.ca

    लोगिका Militerisme

    Arus Logika Militerisme dalam Pengetahuan

    Dua poros kekuatan dunia setelah PD II, yang salah satunya adalah pusat pertahanan Amerika Serikat yang merupakan kantor terbesar didunia, memiliki gang yang panjangnya 28 km dengan luas 13,6 hektar. Pentagon artinya adalah segi banyak dengan 5 sisi, di Arlington, Virginia, yang dibangun tahun 1941-43. Dan kekuatan lainnya, adalah Rusia semasa tahun 50-an sebelum perang dingin.

    Ahli ilmuwan science, dibidang fisika, kimia, seperti Albert Einstein dan Julius Robert Oppenheimer. Julius (New York, 22 April 1904- Princenton, 18 Februari 1967) merupakan penemu teori relativitas dan atom. Julius Robert Merupakan ahli fisika Amerika Serikat yang telah memberi sumbangan besar dalam bidang fisika teori dan terapan. Lulus dari universitas Harvard (1925); ia selalu belajar dibawah bimbingan ahli-ahli fisika terkemuka Eropa pada universitas Cambridge (1925-26) dan universitas Gottigen (1927), khususnya Max Born ahli fisika teori Jerman. Kembali ke Amerika Serikat (1929) mengajar fisika teori pada universitas California di Berkeley dan IT California. Tahun 1943-45, ia memimpin proyek bom atom di Los Alamos, New Mexico yang memuncak pada ledakan bom atom pertama pada 16 Juli 45 di Alamogardo, New Meksiko.

    Demi cita-citanya untuk penggunaan tenaga nuklir secara damai, sebagai ketua penasehat komisi energi atom dan penasehat politik kementrian pertahanan AS, ia menentang pembuatan bom hidrogen, tetapi ditolak oleh presiden Truman (49). Pendiriannya itu diperkuat dengan persahabatannya dengan elemen sayap kiri, yang menyebabkannya dibebaskan dari segala jabatannya demi alasan keamanan. Tahun 1947-66, ia tak bisa meneruskan risetnya kearah yang dicita-citakan dan menjabat sebagai direktur Institut for Advanced Study di Princenton.



    - Daerah Nigeria merupakan lokasi bahan dasar untuk pembuatan nuklir. Daerah paling berbahaya untuk pembuatan senjata teknologi nuklir pemusnah massal, yang telah menghasilkan arsenal WMD, termasuk 40.000 ton senjata kimia dan 600 ton senjata bahan nuklir [March, 2003]. Namib adalah gurun pasir diwilayah Namibia bagian barat, Afrika Barat Daya, yang membujur sejajar pesisir samudera Atlantik, arah utara-selatan. Daerah hujan digurun pasir Namib sepanjang tahun hanya berkisar antara 20-100mm. Gurun Namib mengandung barang tambang intan dan thorium, daerah galian terbesar berlokasi di selatan kota loderitz. Ştei (bahasa Hungaria: Vaskohsziklás) ialah sebuah kota di Provinsi Bihor, Transilvania barat, Rumania. Antara tahun 1958-1996, kota ini diubah namanya menjadi Dr. Petru Groza, menurut pimpinan sosialis Rumania yang telah meninggal pada tahun 1958.Kota ini didirikan pada tahun 1952, dekat sebuah desa yang bernama sama, sebagaimana pusat industri untuk pemecahan uranium yang ditambang di Băiţa.
    http://id.wikipedia.org/wiki/Proyek_Manhattan
    http://id.wikipedia.org/wiki/Sillam%C3%A4e
    http://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_nuklir

    Namibia merupakan daerah dahulu yang bernama Afrika Barat Daya Jerman yang ditempatkan dibawah kekuasaan Afrika Selatan oleh LBB sesudah PD I; berbatasan dengan samudera Atlantik, Angola, Botswana dan Afrika Selatan. Daerahnya terbentang dari gurun pasir pantai yang disebut Namib (+150 meter) yang tertutup semak dan rumput-rumputan tinggi. Di timur terbentang padang pasir Kalahari tidak banyak sungai; iklim panas dan kering. Daerah yang merupakan hasil intan, tembaga dan tambang uranium dan yang penting lainnya. Sesudah PD II, Afrika Selatan menolak menyerahkan Namibia dibawah perwalian PBB. Tetapi tahun 1966, PBB memutuskan berakhirnya andat Afrika Selatan atas Namibia dan yang kemudian diperkuat oleh keputusan Mahkamah Internasional (1971). Juga rakyat Namibia sendiri yang termasuk dalam SWAPO (South West Africa People’s Organization: yaitu organisasi rakyat Afrika Barat Daya, menentang kekuasaan Afrika Selatan. Afrika Selatan mengadakan konferensi konstitusional yang menjanjikan kemerdekaan Namibia tahun 1976, namun ditentang PBB sebagai dalih untuk mempertahankan kekuasaannya belaka. Dalam akhir tahun 1970-an perundingan tentang rencana kemerdekaan Namibia dimulai lagi antara wakil-wakil Afrika Selatan dan PBB yang masih terus berlangsung sampai awal 1980-an. [Ensiklopedi Indonesia]

    Dana anggaran militer hampir lebih 10 tahun, mencapai 6.4 milyar dollar AS bagi Russia. Agresi Amerika Serikat ke Irak 2004 mencapai 40 persen dari anggaran keuangan negara. Selama dekade 1960-an, persentase rata-rata per-tahun untuk anggaran pertahanan, bila dibandingkan dengan anggaran negara secara keseluruhan di Asia, Afrika sub-Sahara dan Amerika Latin, telah meningkat hampir dua kali lipat untuk pemerintahan militer dibandingkan dengan pemerintahan non-militer [Kennedy, Gavin. 1974. The Military in the world. London: 163]. Tingkat pertumbuhan anggaran pertahanan di negara-negara sedang berkembang bahkan melampaui tingkat pertumbuhan dinegara-negara tersebut. Sebagian besar dihabiskan untuk membeli persenjataan-persenjataan canggih dari negara maju, dan pembelian persenjataan ini tidak memiliki efek ganda terhadap ekonomi nasional negara bersangkutan. Malah sebaliknya, memperlemah pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut.[Talakdur Maniruzzaman. Militer Kembali ke Barak: 8]. Sedangkan, pinjaman pemerintahan militer Brazil (1964-77) rata-rata pinjaman per-tahunnya ke IMF sebesar US $. 221.5 juta atau total US.$ 2.961.5 juta lain dengan masa pemerintahan sipil per-tahunnya hanya US.$ 16,6 juta dan total hutang 149.5 juta dollar [ibid: 252]. Persenjataan senilai 176 milyar dolar diekspor ke dunia ketiga antara tahun 1987 dan 1991. Dan senjata ringan bernilai 10 milyar dollar per-tahunnya [Economist, Feb 1994:19-21].

    PBB sebagai lembaga penjaga perdamaian dan penyelesaian konflik internasional (Peace Keeping Forces), melalui UNPREDEP di Macedonia, UNOMIL di Liberia, UNPROFOR di Bosnia, UNOSOM di Somalia, ONUSAL di El Savador, UNTAC di Kamboja, ONUMOZ di Mozambique, UNAMIR di Rwanda, UNTAET di Timor-timor, UNFICYP di Siprus, UNAVEM di Angola, ONUMOZ di ozambique, UNHCR untuk korban pengungsi, UNTAES di Slovania Timur, UNRWA di Gaza Palestina. Anggaran keuangan untuk semua progam agensi PBB sekitar 20 milyar dollar per-tahun, jika dibandingkan dengan hampir anggaran 192 negara anggota terbilang sangat kecil, dan ini hanya sebagian untuk dana militer dunia. Masih hampir dua dekade, PBB mengalami kesulitan keuangan dan ditekan untuk mengurangi program penting di semua area. Banyak negara anggota tidak membayar kewajibannya dan mengurangi donasinya terhadap dana sukarela PBB. Pada 31 Agustus 2008, estimasi sumbangan anggota ke anggaran rutin mencapai 919 juta dolar, dan Amerika Serikat sendiri menggunakan dana sebesar 846 juta dolar (yaitu 92% dari estimasi anggaran rutin). Seperti data 15 negara penunggak anggaran rutin, penjaga perdamaian dan pengadilan internasional. http://www.globalpolicy.org/security/peacekpg/finance/finindx.htm - The 15 Largest Debtors to the UN Budget - tables UN Finance - Global Policy Forum. [Data and Graphic Regular-Peace Keeping and International Tribunal]. Sementara, PBB mengajukan anggaran dana rehabilitasi pembangunan, rekonstruksi, dan penyelesaian konflik di Gaza Palestina sebesar lebih dari ----6,13 trilyun dengan jumlah korban meninggal 1300 orang dan lebih 5000 luka berat dan serius [revisi].

    Logika Jejak Akar Militerisme, Hugh Miall, Oliver Ramsbotham, Tom Woodhuse.Resolusi Damai Konflik Konteporer: 1-148.

    Kerangka Pembangunan Perdamaian Pasca Penyelesaian

    जर्नल एकोनिमी rakyat

    Penggunaan Pinjaman Luar Negeri Menyimpang, Kompas/ 240109
    Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) menemukan penyipangan penggunaan pinjaman dan hibah luar negeri [PHLN] Indonesia senilai 438M, yang disalurkan pada tahun 2007. Dari jumlah itu, BPKP mencatat baru 330,41M atau 75,41% dari jumlah yang diselewengkan, yang sudah dikembalikan ke kas negara. Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian BPKP Binsar H Simanjuntak mengungkapkan hal itu di Jakarta [23/01]. Audit atas PHLN dilakukan tahun 2008. Adapun sumber pinjaman dan hibah berasal dari World Bank, ADB, Bank Pembangunan Islam, JBIC, UNDP, Pemerintah Korea, dan Pemerintah Kuwait. Total realisasi pengeluaran proyek yang diaudit BPKP 17,05T.

    [Artikel - Th. I - No. 3 - Mei 2002]
    Download dari : Jurnal ekonomi rakyat.org- untuk ket. Grafik.
    Revrisond Baswir

    UTANG DAN IMPERIALISME

    “If you are, roughly, in the 20 percent of the income scale, you are likely to gain something from neoliberalism and the higher you are up the ladder, the more you again.” -Susan Goerge-

    MASALAH utang yang dihadapi Indonesia benar-benar telah sampai pada batas mencekik leher. Betapa tidak? Selain memikul beban utang luar negeri sebesar 150 milyar dolar AS (per Desember 1998), Indonesia kini juga memikul beban hutang dalam negeri sebesar Rp650 triliun. Dengan demikian, secara keseluruhan Indonesia kini menanggung beban utang sekitar Rp2.100 trilyun!

    Padahal, akibat volume utang luar negeri sebesar 150 milyar dolar AS itu, terdiri dari utang pemerintah sebesar 85 milyar dolar AS dan utang swasta sebesar 65 milyar dolar AS, Indonesia kini praktis terpuruk menjadi negara pengutang terbesar nomor lima di dunia. Urutan pertama hingga keempat, dengan volume utang luar negeri sebesar 232, 183, 159, dan 154 milyar dolar AS, diduduki oleh Brazil, Rusia, Mexico, dan Cina. Walaupun demikian, karena Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia lebih kecil daripada PDB Brazil, Rusia, Mexico, dan Cina, masalah utang luar negeri yang dihadapi Indonesia sangat berbeda dengan masalah utang luar negeri yang dihadapi oleh keempat negara tersebut. Dengan volume PDB sebesar 120 milyar dolar AS pada tahun 1998, rasio nilai kini utang luar negeri terhadap volume PDB Indonesia pada tahun tersebut tercatat sebesar 169 persen. Perhitungan rasio yang sama untuk Brazil , Rusia, Mexico, dan Cina, masing-masing berjumlah sebesar 29, 62, 39, 15 persen (lihat Tabel 1).
    Negara-negara yang rasio nilai kini utang luar negeri terhadap PDB-nya setara dengan Indonesia pada umumnya terletak di Afrika. Kelompok negara yang saya sebut sebagai “negara miskin yang terjebak utang” ini dipimpin oleh Kongo, yaitu dengan rasio nilai kini utang luar negeri terhadap PDB sebesar 280 persen. Urutan kedua, ketiga, keempat, dan kelima, masing-masing diduduki oleh Angola, Nikaragua, Kongo Demokratik, dan Zambia, yaitu dengan rasio nilai kini utang luar negeri terhadap PDB sebesar 270, 262, 196, dan 181 persen. Indonesia, dengan rasio nilai kini utang luar negeri terhadap PDB sebesar 169 persen, menempati urutan keenam (lihat Tabel 2).
    Kondisi utang luar negeri yang sudah setara dengan sejumlah negara Afrika itulah sesungguhnya yang terungkap pada tindakan Indonesia meminta penjadualan ulang pembayaran pokok utang kepada Paris Club I, II, dan III. Walaupun demikian, Indonesia tertap tidak bisa mengelak dari kewajiban membayar bunganya. Sebagaimana tampak pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2001, dari total APBN sebesar Rp340 triliun, Rp23,8 triliun digunakan untuk membayar bunga utang luar negeri. Jika ditambah dengan bunga utang dalam negeri sebesar Rp61,2 triliun, praktis 26,32 persen APBN 2001 habis terpakai untuk membayar bunga utang.
    Gambaran yang lebih kurang serupa juga tampak pada APBN 2002. Dari total APBN 2002 sebesar Rp332,5 triliun, yang digunakan untuk membayar bunga utang luar negeri berjumlah Rp27,4 triliun. Jika ditambah dengan bunga utang dalam negeri sebesar Rp59,6 triliun, volume APBN 2002 yang dipakai untuk membayar bunga utang meliputi 26,17 persen.
    Dampak pembayaran utang yang lebih dari seperempat volume APBN itu adalah pada membengkaknya defisit anggaran negara. Sebagaimana tampak dalam APBN 2001, defisit anggaran negara tercatat sebesar Rp 54,3 triliun. Tindakan yang dilakukan pemerintah untuk menutupi defisit anggaran negara itu antara lain adalah menggenjot penerimaan pajak, menjadualkan dan membuat utang luar negeri baru, mengurangi subsidi, menjual aset perusahaan swasta yang dikuasai Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), dan melakukan privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN),
    Jika dicermati secara terliti, jelas sekali kelihatan betapa tindakan yang ditempuh pemerintah dalam menutup defisit anggaran negara yang disebabkan oleh himpitan beban utang itu, hampir seluruhnya bersifat membebani rakyat. Pertanyaannya, tidak adakah jalan lain yang dapat ditempuh oleh pemerintah untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh beban utang tersebut selain mensosialisasikannya kepada rakyat banyak? Jawabannya sangat tergantung pada konsepsi utang yang dianut oleh pemerintah serta cara pandang mereka terhadap kedudukan utang dalam konstruksi sosial dan ideologis yang menyertai proses pembuatan utang tersebut.

    UTANG NAJIS
    Berbicara mengenai konsepsi utang, selama ini banyak yang tidak menyadari bahwa konsepesi utang yang dianut oleh pemerintah Indonesia cenderung sangat didominasi oleh pandangan para ekonom neoliberal. Sesuai dengan pandangan umum yang dianut oleh para pengikut Reagan dan Thatcher tersebut (Goerge, 1999), pembuatan utang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dua hal: Pertama, untuk menutup kesenjangan antara tingkat tabungan masyarakat dengan kebutuhan investasi (saving investment gap). Kedua, khusus untuk utang luar negeri, untuk memanfaatkan suku bunga murah yang ditawarkan oleh berbagai paket pinjaman yang ditawarkan oleh sindikat negara-negara kreditur dan lembaga keuangan multilateral tersebut.
    Berdasarkan kedua tujuan itu, jelas sekali kelihatan betapa konsepsi utang para ekonom neoliberal tersebut sangat dipengaruhi oleh paradigma pembangunan ekonomi yang mereka anut. Dalam pandangan para ekonom neoliberal, pembangunan memang cenderung tumpang tindih dengan pertumbuhan ekonomi, kecenderungan ini sejalan dengan pandangan mereka yang meletakkan pertumbuhan ekonomi di atas pemerataan. Sebagaimana sering mereka kemukakan, “Jika tidak ada pertumbuhan, apa yang mau diratakan?”
    Dengan paradigma pembangunan seperti itu, diakui atau tidak, ekonom neoliberal sesungguhnya dengan sadar menempatkan investasi dan investor di atas berbagai pertimbangan lainnya. Dalam bahasa sederhana, paradigma pembangunan ekonom neoliberal pada dasarnya bertumpu pada semboyan, “investor first, people second.” Kecenderungan inilah antara lain yang dibahasakan melalui ungkapan “bersahabat dengan pasar,” yang sangat populer tersebut.
    Artinya, keputusan-keputusan ekonomi para ekonom neoliberal, mulai dari menyusun kabinet, memilih orientasi kebijakan, dan merumuskan program, pertama-tama harus dilihat dari sudut pengaruhnya terhadap “kepercayaan” para investor. Setiap keputusan ekonomi yang mendapat respon negatif dari para investor, harus segera dihentikan.
    Celakanya, sebagai ekonom sekalipun, para ekonom neoliberal cenderung mengabaikan berbagai variabel lainnya yang wajib untuk dipertimbangkan dalam membuat utang luar negeri. Sehubungan dengan tingkat bunga misalnya, para ekonom neoliberal cenderung pura-pura tidak tahu bahwa beban utang luar negeri tidak hanya terbatas sebesar angsuran pokok dan bunganya.
    Karena dibuat dalam mata uang asing, tidak dapat tidak, pembuatan utang luar negeri harus memperhatikan pula tingkat depresiasi mata uang nasional dan kemungkinan terjadinya gejolak moneter secara internasional. Dengan kata lain, dalam kondisi stabil, tingkat bunga utang luar negeri mungkin lebih murah daripada tingkat bunga pinjaman domestik. Tetapi jika terjadi gejolak moneter seperti dialami Indonesia pada tahun 1998, tingkat bunga efektif utang luar negeri dalam denominasi rupiah justru dapat lebih besar dari pada tingkat bunga domestik.
    Sejalan dengan itu, para ekonom neoliberal juga cenderung mengabaikan kapasitas kelembagaan yang dimiliki sebuah negara dalam mengelola dan memanfaatkan utang. Padahal, sebagai sebuah keputusan yang akan berdampak pada timbulnya kewajiban untuk membayar pokok dan bunganya, pembuatan utang luar negeri harus disertai dengan perhitungan yang cermat mengenai manfaat yang akan diperoleh dari keputusan tersebut.
    Intinya, kapasitas mengelola dan memanfaatkan utang harus dapat menjamin meningkatnya kemampuan sebuah negara dalam membayar utang. Tetapi para ekonom neoliberal cenderung memandang kapasitas mengelola dan memanfaatkan utang ini sebagai sesuatu yang tidak perlu mendapat perhatian. Sebab itu, walaupun Indonesia terkenal sebagai negara juara korupsi (lihat Tabel 3), tidak aneh bila Hadi Soesastro pernah berucap, “Hanya orang bodohlah yang menolak utang luar negeri.”
    Saya tidak tahu persis siapa sesungguhnya yang bodoh. Yang pasti, jika ketidakstabilan moneter yang menandai sistem keuangan global dan perilaku korup rezim yang berkuasa diabaikan begitu saja oleh para ekonom neoliberal dalam membuat utang luar negeri, menjadi mudah dimengerti jika sebagian besar ekonom neoliberal tidak mengenal konsepsi utang najis (odious debt). Padahal, konsep yang diperkenalkan oleh Alexander Nahum Sack pada tahun 1927 ini, sangat penting artinya dalam menetukan metode penyelesaian beban utang luar negeri yang dipikul Indonesia.
    Sebagaimana dikemukakan Sack (sebagaimana dikutip dalam Adams, 1991), “if a despiotic incurs a debt not for the needs or in the interrest of the State, but to strengthen its despotic regime, to repress the population that’s fights againts it, etc., this debt is odious for the population of all the State. This debt is not an obligation for the nation; it is a regime’s debt, a personal debt of the power that has incurred it, consequently it falls with the fall of this power.”
    Konsep utang najis yang diperkenalkan Sack itu tidak datang dari negeri antah berantah, melainkan dibangun berdasarkan preseden sengketa utang-piutang antar negara yang pernah terjadi jauh sebelum ia memperkenalkan konsep tersebut. Sebagaimana dikemukakan Adams, negara pertama yang menerapkan konsep utang najis itu dalah Amerika Serikat (AS), yaitu ketika negara itu mendukung perjuangan kemerdekaan rakyat Cuba dari penjajahan pemerintah Spanyol tahun 1898. menyusul beralihnya penguasaan Cuba daari Spanyol ke tangan AS, maka pemerintah Spanyol segera mendeklarasikan bergesernya tanggunggjawab untuk melunasi utang luar negeri Cuba yang dibuat semasa pemerintahan pendudukan Spanyol itu kepada AS.
    Tetapi AS secara tegas menolak penggeseran tanggungjawab untuk melunasi “utang-utang Cuba” tersebut. Dalam jawabannya kepada pemerintah Spanyol, AS antara lain mengatakan, “They are debts created by the government of Spain, for its own purposes and through its own agents, in whose creation Cuban had no voice.” Sebab itu, AS berpendapat, utang-utang tersebut tidak dapat diperlakukan sebagai utang penduduk Cuba, (dengan demikian) juga tidak bersifat mengikat bagi pemerintah Cuba berikutnya.
    Dilihat dari konsep utang najis sebagaimana diperkenalkan Sack tersebut, dapat disaksikan bahwa sesungguhnya terbuka peluang yang sangat lebar bagi pemerintahan Indonesia pasca Soeharto untuk setidak-tidaknya tidak membayar seluruh utang luar negeri yang dibuat semasa rezim Soeharto. Sebagaimana diketahui, rezim Soeharto yang terguling pada tanggal 21 Mei 1998 itu, yaitu menyusul berlangsungnya perlawanan panjang mahasiswa sejak pertengahan 1990, adalah sebuah rezim yang otoriter dan korup.
    Sebagai sebuah rezim yang otoriter, pemerintahan Soeharto seringkali membuat utang secara bertentangan dengan kepentingan rakyat. Sebaliknya, tidak jarang pemerintahan Soeharto justru membuat utang untuk menindas rakyat. Bahkan, sebagai sebuah rezim yang korup, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sebagian utang luar negeri yang dibuat oleh rezim Soeharto, justru diselewengkan oleh para pejabatnya untuk memperkaya diri mereka sendiri dan para kroninya. Dalam taksiran Bank Dunia, volume utang luar negeri yang diselewengkan rezim Soeharto meliputi sekitar 20 - 30 persen dari total utang luar negeri yang dibuat rezim tersebut (World Bank, 1997).
    Pendek kata, karena sebagian utang luar negeri yang dibuat oleh rezim Soeharto tidak dinikmati oleh rakyat, sesungguhnya tidak ada sedikit pun alasan bagi setiap pemerintahan Indonesia Pasca Soeharto untuk mensosialisasikan dampak beban utang najis tersebut kepada rakyat banyak. Sebaliknya, adalah kewajiban setiap pemerintahan yang memihak kepada rakyat untuk meminta pertanggungjawaban para kreditur atas kesalahan mereka menyalurkan utang-utang itu. Caranya tentu bukan dengan meminta penjadualan ulang (debt reschedulling), melainkan dengan meminta pemotongan utang (debt reduction).

    UTANG DAN KAPITALISME
    Masalahnya, selain tidak mengenal konsep utang najis, dan sejalan dengan semboyan yang mereka anut, para ekonom neoliberal memang menghindari segala tindakan yang mereka pandang dapat merusak kepercayaan para investor. Artinya, terlepas dari penerapan konsep utang najis atau konsep lain yang memungkinkan dilakukannya pemotongan utang, tuntutan pemotongan utang sejak semula memang bertentangan dengan garis pemikiran para ekonom neoliberal.
    Sebagaimana sering mereka kemukakan, tuntutan pemotongan utang dapat menyebabkan semakin merosotnya kepercayaan para investor kepada Indonesia. Bahkan, sebagaimana dikemukakan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro-jakti, tuntutan pemotongan utang dapat berakibat diembargonya perekonomian Indonesia oleh negara-negara kreditur.
    Dengan sikap seperti ini, para ekonom neoliberal sesungguhnya sudah memiliki jawaban terhadap hampir semua persoalan ekonomi yang dihadapi Indonesia, bahkan jauh sebelum mereka melakukan riset dan analisis. Kuncinya sederhana, “how to make a market friendly decision?” Jika dikaitkan dengan persoalan utang luar negeri, menjadi mudah dimengerti jika para ekonom noeliberal cenderung memaksakan cara pandang mereka yang cenderung melihat utang semata-mata sebagai sebuah fenomena ekonomi.
    Artinya, para ekonom neoliberal cenderung tidak peduli terhadap konstruksi sosial dan ideologis yang menyertai proses pembuatan utang tersebut. Padahal, sebagaimana dapat disaksikan secara empiris, tidak ada transaksi utang yang terjadi di ruang hampa. Transaksi utang senantiasa terjadi dalam suatu konstruksi sosial dan ideologis tertentu. Artinya, untuk memahami konsepsi utang lebih jauh, penyelidikan mengenai siapa yang membuat, memberi, dan paling banyak mendapat manfaat dari transaksi utang-piutang tersebut tidak dapat dielakkan.
    Dilihat dari sudut negara penerima, jawabannya sangat jelas. Utang luar negeri pasti dibuat oleh rezim yang berkuasa. Walaupun pembuatan utang harus mendapat persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat, tetapi para anggota lembaga perwakilan rakyat pun seringkali tidak berada dalam posisi yang siap untuk mengkritisi dampak dan resiko pembuatan utang-utang itu.
    Sebaliknya, sebagai komponen dari kelas yang berkuasa, tidak sedikit anggota lembaga perwakilan rakyat yang justru turut memiliki interest pribadi terhadap pembuatan utang-utang tersebut. Selanjutnya, jika dilihat dari sudut penikmat utang-utang itu, selain para politisi dan pejabat pemerintah, pihak berikutnya tentulah para kroni dari kekuasaan yang bersangkutan, baik yang bergiat sebagai pengusaha, sebagai konsultan, maupun peneliti.
    Yang membedakan para pembuat dan penikmat utang luar negeri sektor publik ini dengan para pembuat utang pribadi adalah, mereka pada umumnya sanagt sadar bahwa beban utang itu sama sekali tidak melekat kepada diri mereka sebagai pribadi. Karena utang dibuat atas nama negara, soal siapa yang akan menanggung beban utang tersebut tidak terlalu penting bagi mereka.
    Mereka lebih tertarik untuk untuk melihat utang luar negeri sebagai sarana untuk mewujudkan ambisi-ambisi mereka. Celakanya, ketiba tiba masanya untuk membayar angsuran pokok dan bunga hutang, mereka serta merta—atas nama kepentingan bangsa dan negara, menemukan solusi untuk mensosialisasikan beban utang itu kepada rakyat banyak.
    Hal yang lebih kurang serupa terjadi pada pihak pemberi utang. Selain diberikan oleh bank-bank komersial dan lembaga-lembaga keuangan multilateral, sebagaian utang luar negeri juga diberikan oleh para penguasa di negara-negara tersebut. Memang benar, sebagaimana di negara penerima utang, keputusan memberi utang juga harus mendapat persetujuan dari lembaga perwakilan rakyat di masing-masing negara yang bersangkutan.
    Tetapi dengan pertimbangan ekonomi dan politik tertentu, para politisi dan pejabat pemerintah negera-negara pemeberi utang ini, termasuk melalui wakil-wakil mereka yang duduk di lembaga keuangan multilateral, biasanya sepakat untuk memberi sejumlah utang kepada sejawat mereka di negara-negara penerima utang tertentu.
    Salah satu pertimbangan ekonomi yang mereka pakai biasanya adalah, sesuai dengan sifat mengikat yang melekat pada sebagian besar utang luar negeri, adanya kebutuhan untuk memasarkan produk-produk mereka sendiri ke negara-negara penerima utang. Artinya, jika dilihat dari segi penikmat, penikmat utang di negara-negara pemberi hutang lebih kurang serupa dengan di negara-negara penerima hutang. Mereka biasanya terdiri dari para politisi dan pejabat pemerintah, serta para kroninya yang bergiat di berbagai bidang usaha: pengusaha produsen, pengusaha jasa, konsultan, peneliti, dan lembaga pendidikan.
    Sebagaimana di negara-negara penerima utang , kelas yang berkuasa di negara-negara pemberi utang ini pada umumnya sadar bahwa dampak pemberian utang itu sama sekali tidak melekat kepada diri mereka secara pribadi. Celakanya, jika suatu saat terdapat sejumlah utang yang tidak dapat ditagih, sebagaiman antara lain terjadi dalam kasus 41 negara penerima Heavily Indebted Poor Countries (HIPC) Initiatives, mereka pun akan serta merta akan mensosialisasikan segala dampak yang ditimbulkan oleh penghapusan utang itu kepada seluruh anggota masyarakat.
    Berdasarkan uraian tersebut, dapat disaksikan bahwa masalah utang luar negeri tidak dapat disederhanakan semata-mata sebagai sebuah fenomena ekonomi. Dilihat dari sudut konstruksi sosial dan ideologis, utang luar negeri sangat mudah berubah menjadi instrumen yang mempertemukan kepentingan kelas yang berkuasa di negara-negara penerima utang, di negara-negara pemberi utang, dan antar keduanya.
    Karena para anggota kelas yang berkuasa sangat menyadari bahwa secara pribadi mereka tidak terikat terhadap dampak transaksi utang itu, tetapi sebaliknya dapat dengan mudah mensosialisasikannya kepada rakyat banyak, maka utang luar negeri sangat mudah bergeser menjadi instrumen kelas yang berkuasa untuk memenuhi ambisi-ambisi pribadi mereka, dengan tujuan untuk menguras rakyat banyak. Pendek kata, utang luar negeri mustahil dapat dipisahkan dari konstruksi sosial dan ideologis yang bernama kapitalisme.

    IMPERIALISME UTANG
    Dengan memahami utang luar negeri sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kapitalisme, maka dilihat dari sudut kepentingan rakyat banyak, setiap komponen utang luar negeri sesungguhnya memiliki potensi yang sangat besar untuk digolongkan sebagai utang najis. Persoalannya adalah, sejauh manakah rakyat banyak telah diminta pendapatnya dalam membuat utang. Dan sejauh mana pula dapat dibuktikan bahwa rakyat banyak memang telah turut diuntungkan oleh transaksi pembuatan utang tersebut.
    Baik ditinjau dari sudut negara-negara miskin penerima utang, maupun dari sudut negara-negara kaya pemberi utang, melebarnya kesenjangan kaya-miskin di seluruh dunia adalah sebuah fenomena yang tidak terbantahkan. Sebagaimana ditaksir oleh Noam Chomsky dalam kasus Indonesia, sekitar 95 persen manfaat utang luar negeri sesungguhnya hanya dinikmati oleh sekitar 50 orang (Chomsky, 2000). Hal yang lebih kurang serupa terjadi pula di AS (lihat tabel 4).
    Tetapi jauh lebih penting dari persoalan kesenjangan internal yang terjadi pada sebuah negara, dampak yang paling parah dari kapitalisme adalah melebarnya kesenjangan antara negara-negara kaya dengan negara-negara miskin dan menengah di dunia. Sebagaimana dilaporkan oleh Bank Dunia, saat ini terdapat sejumlah kecil negara kaya dengan total penduduk sebesar 891 juta jiwa dengan total PDB sebesar 22,9 triliun dolar AS.
    Pada sisi yang lain, terdapat sejumlah negara miskin dan menengah dengan total penduduk sebesar 5,08 milyar jiwa, dengan total PDB sebesar 6,3 triliun dolar AS. Artinya, rata-rata PDB perkapita 891 juta penduduk negara kaya berjumlah sebesar 25 ribu dolar AS. Sementara rata-rata PDB per kapita 5,08 milyar penduduk negara miskin dan menengah, hanya berkisar sekitar 1,250 dolar AS.
    Celakanya, bila dilihat dari sudut hubungan utang-piutang, negara-negara kaya pada umumnya berada pada posisi memberi utang. Sebaliknya, hampir semua negara miskin dan menengah berada pada posisi penerima utang. Volume total utang luar negeri negara-negara miskin dan menengah pada tahun 1998 berjumlah sebesar 2,4 triliun dolar AS.
    Artinya, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk, rata-rata penduduk negara-negara miskin dan menengah menanggung utang luar negeri per kapita sebesar 480 dolar AS. Dengan kondisi seperti itu, dapat dibayangkan betapa senjangnya tingkat kemakmuran dan beban hidup rata-rata penduduk di negara kaya yang berjumlah sebesar 891 juta tersebut, dengan tingkat kemakmuran dan beban hidup mayoritas penduduk dunia.
    Tetapi itu belum seberapa. Kondisi Indonesia justru jauh lebih parah daripada kondisi rata-rata penduduk negara-negara miskin dan menengah tersebut. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1998 tercatat sebesar 207 juta jiwa. Sedangkan total PDB-nya hanya berjumlah sebesar 120 miliar dolar AS. Dengan demikian, PDB perkapita penduduk Indonesia pada tahun 1998 hanya berkisar sekitar 600 dolar AS. Padahal, jika dihitung utang luar negeri perkapita penduduk Indonesia, dengan total utang luar negeri sebesar 150 miliar dolar pada tahun 1998, utang luar negeri perkapita yang ditanggung olah seluruh penduduk Indonesia berkisar sekitar 750 dolar AS (lihat Tabel 5).
    Pada akhir tahun 2000, kondisi ekonomi Indonesia memang sudah mengalami perubahan. Dengan total PDB sebesar 142 miliar dolar AS, dan total utang luar negeri sebesar 141 miliar dolar AS, perbandingan antara PDB dengan utang luar negeri perkapita Indonesia relatif setara pada tingkat 700 dolar AS.
    Sebagaimana masalah utang luar negeri tidak dapat hanya dilihat sebagai fenomena ekonomi, maka kesenjangan ekonomi yang menandai perekonomian dunia itu, tidak dapat tidak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap pola hubungan anatar negara di dunia. Dengan tingkat kesenjangan PDB perkapita yang terentang antara rata-rata 1.250 dolar AS (belum termasuk beban hutang luar negeri perkapita sebesar 480 dolar AS) dan 25.000 dolar AS (sekitar 20 kali lipat), terjalinnya suatu hubungan antar negara yang bersifat saling tergantung menjadi sulit diwujudkan.
    Sebaliknya, terbangunnya suatu pola hubungan antar negara yang bersifat hegemonik, yaitu dari negara-negara kaya terhadap negara-negara miskin dan menengah, menjadi sulit dielakkan. Lebih-lebih, negara-negara kaya berada pada posisi memberi utang, sedangkan negara miskin dan menengah berada pada posisi menerima utang. Berangkat dari pola hubungan yang sangat tidak seimbang tersebut, bergesernya utang luar negeri dari sekadar instrumen kelas berkuasa untuk menguras rakyat banyak, menjadi instrumen penaklukan negara bangsa (imperialisme), menjadi sulit dihindarkan.
    Negara-negara kaya tampaknya sangat menyadari kenyataan tersebut. Sebab itu, tidak aneh jika melalui posisi dominan mereka di berbagai lembaga perdagangan dan keuangan multilateral, seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Bank Dunia (WB), Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Dana Moneter Internasional (IMF), serta melalui dominasi perusahaan transnasional (TNC) yang mereka miliki dalam transaksi keuangan dan perdagangan global, negara-negara kaya cenderung memaksakan berbagai agenda mereka kepada seluruh dunia.
    Dalam kasus tertentu, seperti dialami oleh Afghanistan, imperialisme bersenjata memang masih bisa terjadi. Tetapi secara masif, abad ke-21 ini sesungguhnya ditandai oleh terjadinya imperialisme ekonomi oleh sejumlah kecil negara kaya—termasuk dengan menggunakan jerat utang, terhadap seluruh dunia.
    Yang paling celaka tentulah nasib Indonesia. Selain termasuk ke dalam kelompok negara-negra miskin yang terjebak utang, terhitung sejak mengalami krisis moneter pada pertengahan 1997, Indonesia kini praktis berada di bawah penaklukan negara-negara kaya melalui tangan IMF. Terus terang, saat ini sulit bagi saya untuk menentukan siapakah sesungguhnya yang berkuasa di Indonesia: Presiden, DPR, atau negara-negara kaya yang diwakili oleh IMF.
    Menyadari kenyataan tersebut, saya kira sudah tiba masanya bagi segenap komponen bangsa ini untuk berpikir secara sungguh-sungguh mengenai paradigma baru kemerdekaan. Terus menumpuk utang baru sembari mensosialisasikan utang najis kepada rakyat banyak, saya kira bukanlah tanda yang sehat bagi sebuah negara merdeka. Di tengah-tengah situasi seperti itu, bagaimana mungkin kita dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat?

    Drs. Revrisond Baswir, MBA : Staf Pengajar Fakultas Ekonomi UGM
    Makalah disampaikan dalam Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat, Utang Luar Negeri, Jakarta, 23 April 2002.
    Daftar Bacaan
    Adams, Patricia. 1991. Odious Debt: Loose Lending, Corruption, and the Third World’s Environmental Legacy. Eartscan: Canada
    Chomsky, Noam. 2000. Jubilee 2000. htpp://www.zmag.org/
    Goerge, Susan. 1999. A Short History of Neoliberalism: Twenty Years of Elites Economics and Emerging Opportunities For Structural Change, http://www.millenium-round.org/
    Transparency International. 2001. Corruption Perception Index 2001. http://www.transparency.org/
    World Bank. 1997. Memoranda on Corruption in Indonesia: Confidential World Bank Indonesia Resident Staff Views Regarding the Problem of “Leakage.” http://www.parliament.uk/
    World Bank. 2001. World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. Oxford University Press: New York.