Rabu, 14 Januari 2009

पयुंग पेर्लिन्दुंगन कामानां

Payung Perlindungan Keamanan- terhadap penduduk dunia dengan menekankan pentingnya asuransi keselamatan jiwa.

Asuransi Jiwa
Bumiputera berdiri atas prakarsa seorang guru sederhana bernama M.Ng.Dwidjosewojo- sekretaris persatuan guru-guru Hindia Belanda (PGHB) sekaligus sekretaris I Pengurus Besar Budi Utomo. Dwidjosewojo menggagas pendirian asuransi karena didorong oleh keprihatinan endalam terhadap nasib para guru bumiputera (pribumi). Ia mencetuskan gagasannya pertama kali di Konggres Budi Utoo, tahun 1910. Dan kemudian terealisasi menjadi badan usaha- sebagai salah satu keputusan Konggres pertama PGHB di Magelang, 12 Februari 1912.

Sebagai pengurus, selain M. Ng, Dwidjosewojo yang bertindak sebagai Presiden Komisaris, juga ditunjuk M.K.H. Soebroto sebagai Direktur, dan M. Adiodjoyo sebagai Bendahra. Ketiga orang inilah yang kemudian dikenal sebagai “tiga serangkai” pendiri bumiputera, sekaligus peletak batu pertama industri asuransi nasional Indonesia.

Tidak seperti perusahaan berbentuk PT- yang kepemilikannya hanya oleh pemodal tertentu; sejak awal pendiriannya Bumiputera sudah menganut sistem kepemilikan dan kepenguasaan yang unik, yakni bentuk badan usaha mutual atau usaha bersama. Semua pemegang polis adalah pemilik perusahaan- yang mempercayakan wakil-wakil mereka di Badan Perwakilan Anggota (BPA) untuk mengawasi jalannya perusahaan. Asas mutualisme ini, yang kemudian dipadukan dengan idealise dan profesionalisme pengelolanya, merupakan kekuatan utama Bumiputera hingga hari ini.

Perjalanan Bumiputera yang semula bernaa Onderlinge Levensverzekering Maatschapplj PGHB (O.L.Mij. PGHB) kini mencapai 9 dasawarsa. Sepanjang itu, tentu saja tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan bangsa Indonesia. Termasuk, misalnya peristiwa sanering mata uang rupiah di tahun 1965- yang memangkas asset perusahaan ini; dan bencana paling hangat- multikrisis di penghujung millennium kedua. Di luar itu, Bumiputera juga menyaksikan tumbuh, berkembang dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian zaman- mungkin karena persaingan atau badai krisis. Semua ini menjadi cermin berharga dari lingkungan yang menjadi bagian dari proses pembelajaran untuk upaya mempertahankan keberlangsungan.

Dan sekarang, memasuki millennium ketiga, Bumiputera yang mengkaryakan sekitar 18.000 pekerja, elindungi lebih dari 8,6 juta rakyat Indonesia, dengan jaringan kantor sebanyak 437 di seluruh pelosok Indonesia; tengah berada di tengah capaian baru industri asuransi Indonesia. Sejumlah perusahaan asing menyerbu dan masuk menggarap pasar domestic. Mereka menjadi rekan sepermainan yang ikut meramaikan dan bersama-sama membesarkan industri yang dirintis oleh pendiri Bumiputera, 91 tahun lampau.

Bagi Bumiputera, iklim kompetisi ini meniupkan semangat baru; karena makin menegaskan perlunya komitmen, kerja keras, dan profesionalisme. Namun, berbekal pengalaman panjang melayani rakyat Indonesia berasuransi hamper seabad, menjadikan Bumiputera bertekad untuk tetap menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menjadi asuransi Bangsa Indonesia- sebagaimana visi awal pendirinya. Bumiputera ingin senantiasa berada di benak dan di hati rakyat Indonesia.

- Hingga, kemudian Lehman Brothers dinyatakan pailit, akibat pertanggungan keuangan terhadap tragedi terorisme WTO 11 November 2001.

Tidak ada komentar: