Sabtu, 10 Mei 2008

No Epic, but sad ending…..”

.

Koresponden Jermanis ditugaskan membaca HAI Magazine, eds. XVII, di ruang pustaka yang kebetulan berada disimpang depan majelis dakwah, 9 May 2008. Dengan kepribadian terbaliknya, “ inspirasi menjadi sutradara macam Jon Favreau, yang mencasting pemain, seperti Robert Downey Jr sebagai Tony Stark, Gwyneth Paltrow sebagai Virginia Potts dan Terrence Howard sebagai Letkol James Rhodes, berkisah tentang ambisius milyarder yang buat “The Jerico”, sebagai senjata kekuatan hingga ia ke Afganistan. Proyek ambisius-nya juga membuat tiruan “Jerico“, serta kostum besi yang anti peluru. Hingga, pada bagian halaman tentang novel yang dibuat Java Joe. Lelaki yang umurnya berkisar 30-an, namun pikirannya mirip bocah lugu di halaman 69, tentang “Rahasia Kebangkitan Roro Jonggrang” dan mendadak denial pada halaman 70-71, mengenai Nico bocah 13 tahun dengan proyek sekolah “Apophis- The Killer Asteroid”, yang mengada-ada dan berlanjut di sub pengetahuan dan model, hal 74 “. Pembacaan berhenti hingga bertanya-tanya?
  • nana inspire


  • Mengapa koresponden jermanis “read with stylist“, jika dianalisa, dicermati, diperhatikan sedemikian rumitnya ?// mendasari dari halaman ke halaman, sesungguhnya jika menarik benang merah dari kejadian, “ada apa sebenarnya?”. Dibalik personal, sesungguhnya ada apa gerangan. Kita disini (red: yang dibacakan) sama-sama pernah melakukannya (kecuali, penulis), di selang dasawarsa dan pasca pemulihan, lalu dengan bertobat lalu dimaafkan begitu sadja?

    9 Mei, kurang lebih dua setengah bulan lalu? 18 Maret kurang lebih dua tahun silam? Inspirasi menjadi sutradara muncul bak imajinasi giras”, bermain peran dalam dunia akting. Contoh saja seorang Jon Favreau, saat terjun langsung menyaksikan real film garapannya ditonton beribu-ribu penonton, reaksi apa yang dirasakan sang sutradara pembuat movie? Tentu yang pasti, bukan tekanan batin, dilematis, dan gundah gulana. Karena cuma ia yang tahu?//…
  • lika-liku konflik


  • Bagaimana dengan sang sutradara Hanung Bramantyo, dalam serial kocak “eXtraLarge”-nya, selama dasawarsa 50 bulan yang menyemarakkan jagat perfilman indonesia. Bukankah, bintang-bintang-nya turut andil memerankan karakter “peran hanya dalam film”, disamping sang sutradara, yang melejitkan mereka?//

    Tidak sesingkat memaknai jawaban seketika itu, menjadi “sang sutradara”, in real life apalagi dalam lintas trans-genetik, ke-aku-an tokoh menjadi utama dalam sebab musabab, dan sang sutradara sekali lagi tidak memicu mereka menjadi tokoh ke-aku-an. Mereka yang menjadikannya, dan meng-eksistensikannya. Simak Rico Thampaty, Dewi Persik, bagaimana problematika persona,
  • dualisme peran
  • pernik kehidupan
  • ke-aku-an diri
  • persaingan dunia peran
  • mediasi


  • Dan tentu saja, BUKAN mereka.


  • Donasi untuk myanmar


  • http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/04/tgl/25/time/103759/idnews/929273/idkanal/398/

    Tidak ada komentar: