Sabtu, 26 April 2008

!nteraks! !maj!nas! S!bl!nG

Cucu pendiri babad tanah jawa melalui ritus dan aksen kental bertutur disuatu sore sebelum membabad alas : “diabad 155 M sudah ada budaya, namun saat ini pengertiannya sangat sempit kalau artinya hanya sebagai kesenian, padahal budaya bisa bermakna dalam tata pemerintahan, dan lain sebagainya “. Seperti salah satu bagiannya astronomi jawa, yang dikenal dengan hari, pasaran, mangsa, dino, suro …etc. Dimasa 13.737 SM, penanggalan berdasarkan dengan sistem tata surya, yang dikenal dengan penanggalan Qomariah, yang dipakai bangsa Yunani, serta berdasarkan sistem tata rembulan, yang dipakai saat-saat bulan januari-pebruari-maret.

Seorang raja di kerajaan Boko, menetapkan 26 Maret sebagai 79 Masehi dengan koordinat 7,5 derajat LS dan berlaku surut dengan kalender sistem matahari, karena masa bercocok tanam petani. Sedangkan di Jawa berlakunya sejak 22 Juni sebagai 78 Masehi yang dinamakan dengan kalender saka, sehingga ada yang menyebutnya sebagai Aji Soko. Yang kemudian, kalender sistem rembulan dibakukan oleh Sultan Agung pada 1633M/ 1555 saka. Dan dalam penanggalan jawa, ada konversi setiap 128 tahun sekali, mundur sehari. Karena mirip dengan kalender arab dipadukan dengan penanggalan bulan hingga dimulailah dengan angka 1555 menjadi penanggalan jawa. Sehingga, kalender jawa aslinya 354 hari, yang kental menyebut dengan pahing, kliwon, wage, dan bulan-bulan seperti suro, muharram, dan lain sebagainya. Keunikan penulusuran hikayat ilmu perbintangan dengan bioritme hidup, lelaku, hikayat, aura mistis “dhemit” di Jawa, mitos kepercayaan, dan lain sebagainya, terkelupas dimasa abad 16M tersebut hanya sebagian dari yang lain“, runtutan dari penuturannya.

Perjalanan sebagai sibling”, tidak berkutat sampai disana. Panembahan Sinuwun memiliki garwo Kanjeng Nyai Roro Kidul, sebagai simbolis mistis kerajaan Ngayojokarto, dengan lorong jalan hingga ke pantai laut selatan. Kehidupan mitos penuh rekayasa dalam perjalanan sibling, terkuak dengan aliran ilmu kebatinan, antara yang sesat dan murni. Tidak berhenti disana, sebagai mata rantai perantara sibling dan petunjuk Ilahi, aliran ilmu kebatinan kental dengan “Adigang, Adigung, Adiluhung sebagai simbol memperoleh kekuasaan”, terus beralih dari generasi ke generasi. Sinkronisasi ritual dengan perpaduan lingga dan yoni, sebagai perwujudan sakralisasi antara dunia lembut dengan manusia, sesuai dengan mahar dari pesugihan hingga pelet menjadi rona aura kejadian, dibalik hikmah peristiwa.

Wacana sampai tingkat sibling uyon-uyon, ” dikutip dari buku mistisme politik kekuasaan Jawa, yang syarat dengan sentralisasi alam dimensi, sebagai wadah perwujudan maksud. Secara psikologis, ditelaah dengan rentetan kejiwaan rapuh yang bersemayam ingin mawujudkan ego alternya lewat digitalisasi kekuatan alam pikir, ke jalur-jalur kekuasaan. Hingga fenomena garis nasib Ilahi, dengan pemunculan penjelmaan yang merajut kasih dan berupaya lewat pola mindset dan tata cara, eksistensi kehidupan mereka dalam sosok peran “Imajinasi Sibling”.
“Imajinasi Sibling”, dengan pemunculan jelmaan dan sosok-sosok the myths sebenarnya tanpa perlu peran, tersentral. Ironis, gadis perawan mau berhubungan dengan sosok dan mengulangi keperawananya, agar eksistensi semu sosok jelmaan terkembang, terkecuali.

Secara mitologis, aliran dinamisme tumbuh sebelum agama ada. Dewa matahari, dewa langit, dewa ganesha (keilmuan), dewa-dewi Yunani, dan lain sebagainya, sebagai bagian dari ayat Al Quran yang berbunyi : “ Aku ciptakan manusia, jin, malaikat dan setan agar menyembah-Ku”. Perjalanan Sibling dari mulai 2001, dan studi literature tentang armor atau senjata, dan pertahanan diri dikenal saat manusia saling membunuh. Di Eropa masa abad pertengahan, di Meksiko dengan perang barbar, di Timur Tengah dengan konflik holy land, hingga ditemukan uranium, sebagai senjata teknologi di abad 19.

Death toll dalam kaitan mitologis, sangat irresistible, sebagai kekuatan energi yang berlangsung hanya kurang lebih 2-8 jam, dan selebihnya berangsur-angsur normal. Sejak mulai perjalanan 1999, death toll sangat berperan dalam fenomena alam tiga dimensi, dan di penghujung 2006, senjata dalam dimensi dunia lain sudah menjadi alat menyerang. Karena kekebalan non fisik menghadapi santet, gendam, rajam, dan sebagainya sudah tidak mampu dengan do’a, hingga kekebalan secara fisik dilakukan dengan senjata, dan sejak akhir 2007, uranium menjadi penyerangan, padahal bentuk penyerangan dulunya, hanya “mual”.

Telunjuk Ilahi, kembali pada penulisan diawal tentang kesadaran yang menuntun perlahan lewat perantara generasi dimasa 1994, tsunami melalui indera futuristik-nya akan terjadi, hingga perlunya dya melakukan pemulihan gejolak batin, dengan pengelolaan manajemen pikiran, batin dan RASA melalui generasi. Dan 2004 terjadi, tsunami di Aceh.

Tampaknya dari kurun tujuh belas bulan, pengelolaan rasa tersebut belum sepenuhnya pulih. Mei 2006, terjadi gempa di Djogjakarta. “Imajinasi Sibling” dengan pengakuannya “ karena keliru membaca keadaan, kepalanya terjedug ”, dan terjadi semburan lumpur lapindo, sebelum malam kejadian gempa, nampak asap. Takdir Ilahi terjadi, 05.47 gempa.

Meruntut telunjuk Ilahi, berbagai keprihatinan dilakukan “They’re care”, mengetengahkan bagaimana mengatasi persoalan dengan jalan kearifan. Bagaimana gunung Kelud tidak menjadi bencana, dengan menjadikan muntahan lahar menjadi anak gunung. Tampaknya, telunjuk Ilahi menunjukkan kearifannya dalam memaknai kejadian dibalik peristiwa.


“Imajinasi Sibling dengan berbagai interaksinya…..

Tidak ada komentar: