Sabtu, 15 November 2008

Bioetanol pengganti Minyak Tanah

Bioetanol Alternatif Pengganti Minah
Irawulan - detikSurabaya

Kompor Biotanol

Surabaya - Harga minyak tanah saat ini melonjak tajam seiring dengan tingginya harga minyak dunia. Minyak tanah pun juga mulai sulit dicari dipasaran. Banyak cara dilakukan untuk mencari energi alternatif pengganti minyak tanah. Salah satunya Bioetanol. Yaitu energi yang diambil dari tumbuh-tumbuhan yang difermentasi dan menghasilkan gas.
"Model kompornya".
Sri Nastika salah satu dosen dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) mencoba energi alternatif tersebut. Menurut dosen jurusan Biologi, cara pembuatan bietonal sangat mudah. Dan bahannya pun mudah didapat dimana saja. Misalnya singkong, nanas ataupun pisang.

"Energi ini sangat murah dan hemat. Bahannya sangat mudah didapat," kata dia kepada wartawan disela-sela kampanye Bioetanol di Golden City Mall, Sabtu (18/10/2008). Cara membuatnya kata dia sangat mudah. Semisalnya menggunakan 1 kg singkong dibutuhkan 2 liter air. Sebelum direbus, singlong diparut. Parutan singkong ini direbus bersama air dan kemudian didinginkan dan dicampur ragi. Dia menganjurkan menggunakan ragi roti. Dimasukkan dalam wadah dan dibiarkan selama 3-4 hari.

"Setelah empat hari akan didapat bioetanol. Dan bioetanol bisa digunakan untuk memasak," ungkapnya. Saat ini kata dia sudah ada beberapa kabupaten di Jawa Timur yang mulai memproduksi bahan bakar ini diantaranya Mojokerto, Probolinggo dan Sidoarjo. Bioetanol tidak berbau, tidak menimbulkan jelaga, harag relatif murah dan dapat dibuat sendiri. Sementara itu salah satu pembuat bioetanol dari Mojokerto, Erwin Daniarti mengatakan dalam satu bulan dia bisa memproduksi 22 ribu liter. Bioetanol itu kata dijual ke Bangkalan, Kendal Jawa Tengah dan Mojokerto sendiri. "Sudah satu tahun saya buat bioetanol. Tapi sempat berhenti karena orang-orang banyak tidak tahu. Sekarang saya lanjutkan lagi karena ada yang mesan," ungkapnya. Untuk boetanol kadar 50 % satu liter dijual Rp 4.000, kadar 65-75 % dijual Rp 4.500 dan kadar 80% dijual Rp 5.000. "Kadar 65 % bisa untuk memasak dan panasnya sama dengan minyak tanah," tuturnya.(wln/bdh)

Tidak ada komentar: