Senin, 22 Desember 2008

Kontrol Angka Kelahiran

Analogi sistematika “Membahas Ide-ide Persoalan, Solusi tanpa Masalah, bukan solusi dengan Masalah” menjadi “mainstream”- bahwa Invisible hand sebagai juri penentu dalam arus transformasi global. Ketika pembuat cerutu dibuat pertama kali oleh baca lengkap dibawah. Karena teknologi yang dikembangkannya pula, hingga kemasan sigarete mudah dan efisien didapat Khalayak. Sigarete tadi berangsur tahun, kemudian menjadi kontra-produktif oleh sebagian pengamat- asap rokok yang berlebihan sangat membahayakan -menyumbang kematian dan polusi udara sebesar 4,44%. Hingga para penilai akhirnya membuat spesifikasi tentang pengurangan merokok. Dengan berbagai cara yang disebut “kebijakan” tentang smoking area dan non-smoking area untuk ibu menyusui dan pertumbuhan anak-anak.
  • lengkapnya


  • Sistematika “mainstream” tersebut menjadi pedoman oleh pengamat- disatu sisi transformasi global tercipta bagi kesejahteraan- disisi lain syndrome effect yang menjadi akibat oleh transformasi tadi. “Good Positive” kemudian berkembang sedemikian pesatnya, Daendels yang disebut penjajah dibangsa Hindia membangun jalan penghubung di Jawa dan Sumatera. Peninggalan kolonialisme Inggris begitu berkembang menjadi negara-negara maju. Singapura yang luasnya ¼ pulau madura- 692,7 km², menjadi pijakan sentra bisnis dan wisata belanja di Asia. India dengan populasi ketiga setelah Cina dan India, Amerika Serikat berhasil menjadi negara ber-teknologi maju dikawasan Asia Selatan, dengan Silicon Valleynya di Banglore. Hongkong dengan wilayah “miskin tambang”, menjadi industri mandiri terpisah dari Cina. Negara tersebut berkembang karena produk sistem yang ditinggalkan dan membuat pembangunan berkelanjutan yang positif. Lain dengan “Uni Soviet”, negara adi-daya di tahun 50-an, kini nasibnya menjadi persemakmuran terpecah belah menjadi 21 republik. Karena “paham polemiknya ideologi” yang memundurkan perannya sendiri di kancah global- sebagai East axis. The Invisible Hand do his right, also make them destroy -.

    Indonesia dengan kategori “D” dikancah internasional,tiba-tiba menjadi labuhan “International Meeting” di Bali. Mengapa? Aset wisata Bali tak selebih dengan Hawai, tak seimbang dengan Dubai Arab, tak sesuai dengan Venice- Italia,tak semenarik seperti di Paris. Mengapa Bali. Apakah “citra kota sakral Hindu menjadi panutan” setelah dilanda terror. Apakah jawaban kira-kiranya adalah Bali dirujuk untuk ikon mengembalikan pamor kejayaannya setelah dibom dua kali. Mungkin perseteruan tersebut menjadi dasar ketika Krisis dimulai dari kelesuan akibat pamor menurun. Yang dibahasakan dengan “kegagalan” penjamin untuk mensejahterakan nasabahnya. Di era modernitas dengan sistem yang diciptakan digit angka-angka bisa berdampak “red effect” atau “green effect”.

    Digit angka dibuat secanggih dengan program bantuan software Bi Z Talk server- agar meminimalisasi “error sum” pada neraca dari program pembaharuan SPSS. Dengan program bantuan digit angka, celah “detect and heal virus”, dapat segera tertangani. Namun, pada prosesnya ISAI cenderung menyakini- keganjilan merupakan akibat human error, hingga lapisan penanganan kemudian sama dengan “Krisis 1930-an”. Kelesuan ekonomi akibat the peak burden of Invisible Hand, dan sentimen pasar yang merespon negative akibat “the red effect” 1997 di Asia Tenggara. Dengan menggerakkan mouse, “rate crisis” sudah menggerakkan kurs dibawah toleransi. Sentimen negative “move on” ini telah membuat negara kehilangan kendali sistem. Kecanggihan digit angka, kemudian menjadi musibah bagi para masyarakat. Era transformasi- menjadi siksaan manusia yang tergantung pada pekerjaan yang sanggup memamerkan “upayanya” atas pembelian barang, dan doktrin atas pembatasan kesejahteraan melalui PHK dan outsourcing. Atau tenaga kerja kontrak tanpa masa depan dihari tua. Hingga, kesusahan menafikan Spiritual dalam dunia kerja. Disatu sisi, manusia membutuhkan pekerjaan untuk penghidupan layak, disisi lain gaya kepemimpinan pengusaha yang meresahkan nasib puluhan buruh pekerja. Spiritual tidak lagi menjadi acuan karena pengusaha sering menerapkan “Bunglon Policy”, pengambilan kebijakan atas dasar reaksi sesaat tanpa pertimbangan jangka kedepan, meskipun posisi pengusaha adalah pemilik asset perusahaan, namun bisa diambilkan cara penyelesaian kompromis.

    Hal ini tersirat dengan Kepala Negara yang sudah saatnya “Pleisure Time”, dan energi kehidupannya lebih didaya-gunakan untuk rehat daripada energinya terbuang. Sama dengan memanfaatkan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik, yang pasokan utama gas sudah pada titik jenuh tersedianya, dan nuklir menjadi alternative penyedia energi (Korut dan Iran). Sama dengan gaung tersedianya kelangkaan pupuk akibat ulah spekulan sendiri. Negara hidup atas dasar pengabdian rakyat, namun Negara pula dapat dituding menyusahkan rakyatnya. Seperti usaha, pelarian 11 WN Afghanistan yang menjadikan NTT, Kupang sebagai daerah transit menuju Australia, berjumlah 13 orang ada yang berasal dari Pakistan dan Arab Saudi. Namun, kedok sebagai wisatawan meragukan karena transit melalui pulau Pasir dan menyewa jasa perahu dengan harga 50 juta [071208]. Wajar pula jika sebagai warga negara, mantan istri Thaksin Shinawatra, Khunying Pojaman Damapong meminta suaka politik. Karena keberadaannya akibat pemerintahan Thaksin, dituding menyusahkan rakyat Thailand. Dan beranggapan suaka politik setelah penahanan lebih baik, ketimbang “masih” dianggap sebagai penyebab suami berkorupsi. Atau dua tenaga kerja dari Jember yang dijanjikan bekerja di B alikpapan, namun setelah diketahui ternyata dijadikan pramu-wisma. Inilah-realita kehidupan,bukan adegan jargon-jargon kamuflase.

    Berakhirnya “otoritarian rejim”, dimana Spiritual kembali nyala harus dibarengi oleh kontrol angka kelahiran. Kelahiran sudah ada sejak Kain dan Hagel (-editorial: set), putra anak pertama Adam-Hawa. Namun, angka pertambahan penduduk sangat meningkat pesat tanpa kontrol. Jumlahnya sudah dengan “hitungan kali”, 20 kali 2 berarti 40 lahir dalam setahun. Indonesia 220 juta jiwa tahun 2005, sekarang sudah kurang lebih +234,8 juta. Jika, tak diatasi problem sosial, ketersediaan lahan dan sumber daya alam menjadi persoalan dan Climate Global Change yang menjadi panduan akibatnya. Tanda-tanda kontrol kelahiran yang nampak adalah kemiskinan, macetnya bidang penjualan transportasi, pemukiman, antrean bahan sembako dan migas, kesulitan dan anak-anak putus sekolah tahun 2007 ke 2008 meningkat menjadi kira-kira 18 koma sekian puluh juta akibat bbm, diversifikasi putaran ekonomi yang makin kompetitif, pengangguran, dan menurunnya kualitas hidup masyarakat bawah dan terpinggirkan.

    Jumat, 05 Desember 2008

    Pemalsuan Terencana

    Undang-Undang Merek oleh Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang sedang dibahas antardepartemen, tidak memuat pidana minimum. Pelanggar undang-undang ini dikenai pidana maksimal 5 tahun dari sebelumnya 7 tahun dan denda maksimal Rp 2,5 miliar dari sebelumnya Rp 1 miliar. PT Astra Daihatsu Motor (ADM) minta pemalsuan suku cadang merek Daihatsu segera dilimpahkan ke pengadilan.Langkah ini perlu dilakukan, antara lain untuk membuat jera para pelaku pemalsuan merek di Indonesia, yang bukan saja merugikan perusahaan, tapi juga konsumen. Jumlah potensi kerugian yang mencapai Rp 36 miliar itu merupakan 20 persen dari total penjualan suku cadang merek Daihatsu yang besarnya Rp 180 miliar setahun.

    http://sinarharapan.co.id/berita/0411/24/eko04.html
    www.kompas.com/metro/news/0404/21/122956.htm...
    www.kompas.com/read/xml/2008/10/14/19563568/kejagung.bongkar.korupsi.di.depkumham
    http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi/skripsi-lainnya/peran-customs-di-bidang-perlindungan-ipr-intellectual-property-rights-sehubungan-dengan-disepak

    | Stop | - Bukan Klarifikator Lagi".